Video yang tersebar di media sosial menunjukkan, Wagensveld telah mengumpulkan sejumlah orang untuk menyaksikan dirinya membakar salinan Al-Quran di sebuah lapangan tengah kota. Ia tampak dikelilingi oleh polisi yang berjaga agar tidak ada massa mendekat ke arahnya.
Sesaat sebelum Wagensveld menyalakan api, dari kerumunan tiba-tiba seorang pria berlari ke arahnya dan menginterupsi pembakaran Al-Quran itu. Berkat tindakan itulah, Wagensveld batal melanjutkan aksinya. Tampak ada sekelompok orang yang mendekat dan berupaya menghentikan penistaan kitab suci Al-Quran ini.
Namun, tak lama kemudian orang-orang yang berupaya menghentikan tindakan Wagensveld terlibat bentrok dengan polisi. Beberapa di antara mereka dipukuli dengan tongkat hingga tersungkur ke tanah. Massa kemudian membubarkan diri setelah melihat kondisi yang tidak lagi kondusif.
Menurut polisi, sebanyak tiga orang telah ditangkap dalam insiden tersebut lantaran tidak mematuhi aturan. Dikutip dari Daily Sabah, tiga aparat kepolisian dilaporkan luka-luka.
Sudah Diberi Izin Otoritas Belanda
Dijelaskan, Wagensveld dan PEGIDA sudah diberikan izin oleh pihak berwenang untuk menggelar aksi pembakaran Al-Quran di Arnhem.
Oleh sebab itu, mereka ditempatkan di bawah perlindungan aparat kepolisian. Di Belanda, setiap wali kota memiliki wewenang untuk melarang demonstrasi jika dapat melanggar ketertiban umum.
Wali Kota Arnhem, Ahmed Marcouch, misalnya, menerapkan aturan bahwa pembakaran kitab suci apa pun tidak dilarang di sana. Selama, sambung pria keturunan Maroko itu, pelaksanaannya tidak berunsur kekerasan. Izin dari Marcouch mendapat kecaman dari kaum muslim.
Sebelum di Arnhem, Wagensveld beberapa tahun terkahir sudah acap kali melakukan penistaan agama Islam. Pada Januari 2023, di bawah perlindungan polisi Wagensveld merobek-robek salinan Al-Quran di depang gedung parlemen.
Di bulan berikutnya, Wagensveld menggelar demo anti-Islam seorang diri di Utrecht, pada 13 Februari 2023. Rencana pembakaran Al-Quran oleh PEGIDA di Rotterdam bahkan sempat batal lantaran Wagensveld telanjur ditangkap pada Oktober 2022.
Kemudian, aksi Wagensveld yang membuat kaum muslim di penjuru dunia murka terjadi pada pertengahan tahun lalu. Pada Agustus dan September 2023, Wagensveld secara sengaja merobek salinan Al-Quran di depan Kedutaan Besar Turki hingga KBRI di Den Haag dan negara-negara mayoritas muslim lainnya.
Sejumlah analis menilai, Wagensveld berulang kali menistakan kitab suci Al-Quran untuk mencari perhatian publik.
Sumber: kumparan