Pasalnya, Jokowi dinilai gagal dalam memimpin dan mempertahankan demokrasi di Indonesia.
Hal itu ditegaskan Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri saat memberikan sambutan di acara Peringatan 50 Tahun Peristiwa Malari bertajuk “The Last Battle Democracy dan Lawan Politik Dinasti” yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (15/1).
“Kegagalan yang diwariskan niscaya akan menimbulkan bencana besar buat bangsa ini. Oleh karena itu, kita harus hentikan mewariskan kegagalan itu. Tidak ada kata lain, pemilu jalan, makzulkan Jokowi jalan!” tegas Faisal.
Faisal lantas menuturkan, saat peristiwa MALARI bergulir pada 1974 silam, ia masih duduk di gangku SMP. Kala itu, Hariman Siregar dan ribuan aktivis mahasiswa lainnya menyuarakan penolakan terhadap dominasi modal asing asal Jepang di Indonesia. Menurutnya, dalam konteks hari ini di era pemerintah Jokowi betapa dominasi modal asing sudah sangat parah.
“Sekarang lebih parah lagi Bang Hariman. Melawan oligarki melawan dominasi China yang dibuka jalan tolnya oleh Jokowi. Sekarang mobil China build up boleh masuk ke Indonesia, tanpa bea. Baru, PP (Peraturan Pemerintah) nya keluar,” ungkap Faisal.
Atas dasar itu, Faisal menegaskan bahwa semua pihak tidak boleh berdiam diri membiarkan kerusakan yang semakin parah di era Presiden Jokowi dan calon penerusnya.
“Kalau kita diam saja maka sungguh akan hancur generasi yang akan datang. Maka kita mulai dari pemilu gerakan jalan dan gerakan moral,” beber dia.
“Nah, gerakan moral ini antara lain kita himbau dari hati ke hati atau pake massa juga agar para menterinya kalau masih punya nurani, mundur! Bangkrut, percaya deh,” pungkasnya.
Sumber: rmol