Karenanya, menurut Hasbil, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan AMIN tidak perlu menggunakan alasan satu misi demi menyelematkan demokrasi untuk merapat melawan pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Nomor urut 1 dan 3 itu merapat karena sama-sama elektabilitasnya kecil. Udahlah gak perlu pakai alasan karena satu misi menyelamatkan demokrasi, basi," ungkap Kepala BPOKK DPP Insan Muda Demokrat Indonesia itu.
Lebih lanjut, ia menegaskan Koalisi Indonesia Maju (KIM) masih menargetkan Prabowo-Gibran untuk menang satu putaran di Pilpres 2024. "Target KIM, masih tetap menang satu putaran," imbuhnya dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Sabtu (13/1).
Sementara itu, berdasarkan hasil survei tatap muka yang dilakukan Lembaga riset internasional Ipsos Affairs pada periode 27 Desember hingga 5 Januari 2024, elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran tercatat naik dari 42,66 persen menjadi 48,05 persen.
Infromasi itu disampaikan Pengamat politik dan peneliti senior Ipsos Public Affairs, Arif Nurul Imam. Saat ini, kata dia, elektabilitas pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 semakin melejit.
"Pilpres kali ini, efek Jokowi makin nyata karena terbukti elektabilitas Prabowo-Gibran makin meningkat," kata Arif saat memaparkan hasil survei Ipsos dikutip dari Suara.
Sementara elektabilitas pasangan Anies-Muhaimin, menurut Arif, cenderung stagnan dari 22,14 persen menjadi 22,80 persen. "Pasangan Ganjar-Mahfud justru turun dari 22,95 persen menjadi 18,35 persen, dan yang belum menentukan pilihan berada di angka 11,80 persen," kata dia.
Sumber: populis