Srihani menjadi sosok wanita yang paling beruntung karena bisa menghabiskan banyak waktu bersama Soekarno hingga tiba saat nafasnya terhenti.
Sosok wanita bernama Srihani tersebut adalah Hartini yang merupakan istri keempat Soekarno. Pernikahan mereka memiliki banyak lika-liku.
Pada tahun 1952, mereka bertemu untuk pertama kalinya di Candi Prambanan, Yogyakarta. Tak perlu waktu lama, Soekarno jatuh hati pada wanita yang saat itu masih memiliki suami dan anak.
Diketahui bahwa Hartini merupakan istri dari kepala polisi di Semarang. Dia juga memiliki lima orang anak. Namun, karena cintanya pada Bung Karno, dia rela bercerai dari suaminya.
Mereka akhirnya saling berkirim surat. Julukan Srihani muncul sebagai nama panggilan sayang. Jika Hartini dipanggil dengan sebutan Srihani, maka Soekarno mendapatkan julukan Srihana.
Pada saat itu, Fatmawati baru saja melahirkan Guruh Soekarnoputra. Dua hari pasca melahirkan, Soekarno meminta izin untuk menikah lagi.
Akhirnya, Soekarno menikahi Hartini tanpa seizin Fatmawati yang kala itu memilih untuk pergi dari Istana Negara.
Secara tidak langsung, posisi Ibu Negara berganti kepada Hartini. Namun, sosok Srihani tersebut justru mendapatkan penolakan keras dari hampir seluruh rakyat Indonesia.
Bisa dikatakan bahwa Hartini merupakan Ibu Negara yang tidak diakui karena pada saat itu rakyat Indonesia tidak menerima adanya poligami.
Meski setelah menikah dengan Hartini Soekarno masih belum berhenti berkelana mencari cinta yang lain hingga berhasil menikah dengan lima wanita lainnya, namun Srihani merupakan sosok istri yang paling dicintai.
Hingga pada suatu hari, Soekarno menuliskan sebuah surat yang berisi wasiat setelah kematiannya.
"Jikalau sata meninggal, kuburlah di bawah pohon yang rindang. Dan saya menghendaki, supaya kelak jenazah istri saya Hartini dikuburkan berdampingan dengan jenazah itu," tulis Soekarno dikutip Hops.ID dari akun Instagram @membacasoekarno pada Selasa, 9 Januari 2024.
"Artinya, supata kuburan kami berdua, Hartini dan saya, berdampingan satu sama lain," imbuhnya.
Surat tersebut dibuat pada 16 September 1964. Hartini tercatat sebagai istri yang paling setia.
Ia selalu mendampingi Soekarno melewati masa-masa sulit usai dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia.
Tak hanya itu, menjelang akhir hayatnya, Soekarno hanya ingin ditemani oleh Hartini. Hal tersebut ia tuangkan dalam sebuah surat.
"Tien, dalam rumah inilah saya ingin mijn laatste levensdagen slijten dengan engkau," tulis Soekarno.
Hingga akhirnya, Soekarno wafat di pangkuan cinta sejatinya, Srihani, di sebuah rumah bernama Hing Puri Bima Sakti. ***
Sumber: hops