Zaman kalabendu atau zaman sengsara dan angkara murka, dimana banyak orang Jawa lupa akan jawa-nya dan banyak orang menderita. Periodesasi ini dimulai dari Pakubuwono ke IV yakni tahun matahari 1701- 1800.
Tanda-tanda zaman kalabendhu sudah banyak terjadi di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.
Iki sing dadi tandane zaman kalabendu (Ini yang menjadi tandanya zaman kalabendu)
1. Lindu ping pitu sedina (getaran gempa 7 kali sehari)
2. Lemah Lemah bengkah (tanah tanah pecah)
3. Manungsa pating galuruh, akeh kang nandang lara (manusia pada gemuruh (berteriak), banyak yang terkena penyakit
4. Pagebluk rupa-rupa (musibah bermacam macam)
5. Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati (Cuma sedikit yang sembuh kebanyakan pada mati)
Menurut ramalan Jayabaya, zaman kalabendhu adalah zaman kerusakan. Pada zaman ini memang terlihat sebagai zaman kenikmatan tetapi, sebenarnya itu adalah zaman kerusakan dunia. Bencana alam terjadi di mana-mana dan keadaan sosial menjadi terbalik.
Mulane akeh bapak lali anak (awalnya banyak bapak lupa akan anak)
Akeh anak wani ngalawan ibu lan nantang bapak (banyak anak berani melawan ibu dan menantang bapak)
Sedulur pada cidro cinidro (saudara saling melukai)
Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane (perempuan kehilangan rasa malu, lelaki gilang keperwiraannya)
Akeh wong lanang ora duwe bojo (banyak pria tidak memiliki istri)
Akeh wong wadon ora setia karo bojone (banyak wanita tidak setia dg suaminya)
Akeh ibu pada ngedol anake (banyak ibu menjual anaknya)
Akeh wong wadon ngedol awake (banyak wanita menjual dirinya)
Di zaman ini orang benar kebingungan, orang salah bersenang-senang, orang baik terlunta-lunta, dan orang salah naik pangkat. Benar-benar kekacauan terjadi di mana-mana. Manusia sudah tidak ada malu berbuat salah, para pemimpin ingkar janji, dan orang senang berjudi.
Jayabaya juga mengingatkan agar kita jangan terlena di zaman ini, jangan hanyut ke dalamnya seberat apapun. Nanti bakal datang seorang Satria Piningit yang akan membawa zaman kalabendhu menuju zaman kemuliaan.
Satria Piningit digambarkan memiliki paras seperti Kresna dan berwatak Baladewa. Ia membawa trisula (gambaran keadilan dan kebijakan).
Satria Piningit merupakan mitologi yang menyebutkan akan datang seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Wallahu A'lam Bishawab
Sumber: okezone