Serangan tersebut dikonfirmasi langsung oleh Departemen Pertahanan AS, sebagaimana dikutip dari laporan News Sky.
Lewat pernyataan tertulisnya Amerika mengungkapkan, angkatan militernya telah melancarkan 23 serangan ke daerah Yaman mencakup wilayah Al Hudayah (Hodeidah), Saada dan Sana'a sejak pagi tadi.
Ketiga wilayah itu disinyalir sebagai pusat fasilitas milisi Houthi (Ansar Allah) yang berbasis di Yaman.
“Empat serangan telah ditembakan ke Bandara Internasional Sana'a, delapan serangan di Bandara Internasional Al Hudayah, dan tiga serangan di kamp militer Kota Saada, serta kamp Brigade Mekanis ke-22 di Al-Jand Taiz dan bandara di Al-Hawban,” jelas Departemen Pertahanan AS.
Serangan di Yaman Adalah Tindakan Membela Diri
Sebelum Amerika dan Inggris melancarkan serangan, pemerintah Gedung Putih di Washington telah lebih dulu memperingatkan Houthi Yaman.
Adapun ultimatum yang dilontarkan yakni meminta Houthi untuk berhenti menyerang kapal–kapal dagang yang melakukan pelayaran di kawasan Laut Merah.
Namun peringatan tersebut tak dipedulikan oleh Houthi.
Pimpinan Houthi Yaman Mohammed Abdul Salam menyatakan pihaknya bersikukuh akan melakukan blokade dan serangan kepada kapal–kapal dagang Israel dan para sekutunya.
Alhasil 55 kapal dagang internasional terpaksa mengalihkan rute menuju Tanjung Harapan di Afrika Selatan untuk menghindari Laut Merah yang sat ini dikuasai Houthi Yaman.
Hal tersebut yang membuat AS dan para sekutunya murka, hingga nekat melakukan serangan ke sejumlah kota besar di Yaman.
“Tindakan kami adalah untuk membela diri, mempertahankan diri dari serangan lebih lanjut terhadap kapal perang kami saat mereka menjalankan bisnis mereka yang sah dan masuk akal,” kata Menteri angkatan bersenjata Inggris, James Heappey, dikutip dari Al Jazeera.
“Houthi harus memikul tanggung jawab atas konsekuensinya jika mereka terus mengancam kehidupan, perekonomian global, dan arus bebas perdagangan di jalur perairan penting di kawasan ini,” imbuh Heappey.
Serangan Amerika di Yaman Bisa Picu Perang Dunia III
Meletusnya perang di Yaman meningkatkan ancaman pecahnya Perang Dunia III, mengingat belakangan ini Timur Tengah juga tengah dilanda konflik panas akibat perang antara militer Israel dengan Hamas.
Giorgio Cafiero, CEO Gulf State Analytics, sebuah konsultan risiko geopolitik yang berbasis di Washington, DC, mengatakan serangan Amerika dan Inggris kepada Yaman berpotensi menyeret AS ke dalam konflik berkepanjangan di Timur Tengah
Cafiero beranggapan pukulan yang terlalu keras terhadap Houthi hanya akan membuat para pendukung mereka, terutama Iran, harus membalas dengan serangan yang lebih keras.
Apabila Amerika dan sekutunya tidak cukup kuat menurunkan kemampuan militer Houthi, intervensi tersebut justru akan memicu konflik lebih lanjut yang membahayakan dunia internasional.
Sementara itu, Mohammed al-Bukhaiti, seorang pejabat senior Houthi, telah memperingatkan AS dan Inggris bahwa mereka akan “menyesal” menyerang Yaman, yang ia gambarkan sebagai “kebodohan terbesar dalam sejarah mereka”.
Sumber: tribunnews