GELORA.CO -Kritik terhadap penyelenggara negara merupakan hal yang wajar dalam sebuah negara demokrasi.
Namun demikian, kritik tetap harus disampaikan dengan cara yang santun dan tidak melanggar etika.
Menanggapi viralnya kritik yang disampaikan mahasiswa UGM, Presiden Joko Widodo mengingatkan semua pihak terkait etika dan sopan santun ketimuran dalam menyampaikan kritik atau pendapat.
Jokowi mengatakan hal itu guna menanggapi kritik Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) terhadap dirinya.
"Ya, itu proses demokrasi, boleh-boleh saja (mengkritik); tetapi, perlu saya juga mengingatkan, kita ini ada etika, sopan santun ketimuran," kata Jokowi di Sentiong, Jakarta, dilansir dari Antara pada Senin (11/12).
Sebelumnya, BEM KM UGM menyampaikan kritik yang ditujukan kepada Presiden Jokowi.
Kritik terhadap Jokowi itu terpampang pada spanduk berukuran sekitar 4x3 meter dan dipasang di sebelah utara Bundaran UGM, Yogyakarta, Jumat (8/12).
Spanduk tersebut memuat tulisan berwarna merah "Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan" dengan wajah Jokowi tampak terbagi menjadi dua sisi.
Kedua sisi tersebut yakni menggunakan mahkota raja dan memakai topi petani.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan kritik dan pujian merupakan hal yang wajar dalam negara demokrasi.
Hal itu disampaikan Ari menanggapi banner yang dipasang BEM KM UGM.
"Dalam negara demokrasi, yang namanya kritik, yang namanya pujian, dan kepercayaan (trust) terhadap penyelenggara negara adalah hal yang wajar," ujar Ari melalui keterangan tertulis, Sabtu, 9 Desember 2023, malam.
Dalam menilai kinerja pemerintah, ujarnya, ada pihak yang tidak puas ataupun puas. Namun, ia menambahkan ada pula masyarakat yang sangat puas.
"Coba cek saja penilaian lembaga-lembaga survei terhadap kinerja presiden. Juga bisa cek aktivitas presiden yang lebih sering turun ke lapangan, mendengarkan suara masyarakat," kata dia.
Sumber: Jawapos