GELORA.CO - Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri dituding panik karena samakan Jokowi dengan Orde Baru (Orba).
Sontak, hal ini membuat Pengamat Politik tersohor di Indonesia Rocky Gerung berkomentar.
Rocky Gerung katakan, dirinya menganggap PDIP pasti panik, tetapi bukan panik karena dirinya. Namun, menurut Rocky Gerung, PDIP melihat bahwa bangsa Indonesia ini dalam jebakan otoririsme.
"Kan itu dasarnya. Bukan kita membela Megawati, Megawati juga mengerti bahwa dirinya adalah bagian dari membesarkan by otoretian ini kan.
Tetap aja, PDIP bertanggung jawab karena dia tak bisa kontrol dari awal," pungka Rocky Gerung, seperti yang dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Minggu (3/12/2023).
"Kan mestinya PDIP memberitahu, bahwa tokoh yang mereka jagokan itu saudara Joko Widodo, sembilan tahun yang lalu itu datang untuk membenahi negeri ini berdasarkan perspektif Soekarno," sambungnya.
Akan tetapi, kata Rocky, dalam perjalanan PDIP membiarkan Jokowi tumbuh dan diasu olegarki. Dan pastinya Bung Karno bukan orang yang pro Oligarki. "Jadi udalah, itu sudah terjadi. Tetapi, siuman.
PDIP baru siuman bahwa ada sesuatu yang melihat bangsa ini panik, dan PDIP sebetulnya mewakili suatu isu besar yang betul adanya, tetapi orang sinis pada PDIP, masalahnya itu kan," pungkas Rocky Gerung.
Jadi, menurut Rocky Gerung, supaya PDIP terlihat betul-betul otentik dan bukan sekadar untuk mencari headline atau gosip politik. Maka, kata Rocky Gerung, PDIP mesti konsisten.
"Kalau dia menegur Jokowi, dia mesti sebut, bahwa yang kami tegur adalah Presiden RI, yang merupakan kader kami. Oleh karena itu, kami tarik semua menteri-menteri kami," ujar Rocky Gerung.
Jadi tetap, kata Rocky Gerung, bahwa tak ada satu ide final dari PDIP dan PDIP seolah-olah mau menunggang keluh kesah kepada rakyat. "Bahwa kalian (rakyat) itu dibuat panik, ya rakyat uda tahu bahwa ada kepanikan.
Justru rakyat itu menunggu Ibu Megawati memimpin kepanikan ini, itu dasarnya," pungkas Rocky Gerung.
"Bukan mengembalikan kepada rakyat, supaya rakyat bersatu mengepung Jokowi, bahkan rakyat dengan sendirinya sudah mengepung Jokowi," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, buntut pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri soal penguasa baru yang sudah bertindak seperti zaman orde baru (orba). Ternyata membuat Dewan Pembina TKN Prabowo-Gibran Agum Gumelar angkat bicara.
Agum Gumelar menilai bahwa narasi yang dilontarkan tersebut sebagai kepanikan. "Barangkali yang melontarkan itu, kalau menurut saya mungkin dalam suasana panik," pungkas Agum Gumelar kepada wartawan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2023) malam.
Menurut Agum Gumelra, hal itu terlalu terburu-buru apabila menjuluki paslon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming sebagai cerminan orde baru.
Bahkan, kata dia, pernyataan yang dilontarkan Megawati disampaikan dalam suasana panik. "Saya rasa terlalu gopoh mencap bahwa Prabowo-Gibran cerminan orde baru ya," beber Agum Gumelar.
Dia pun menilai, sikap yang dibawa paslon capres dan cawapres nomor urut dua justru mengarahkan kepada upaya menjaga kesatuan dan persatuan. Dia lantas mengajak agar masing-masing kubu tak saling menjelekkan satu sama lain.
"Semua calon baik, jangan menjelek-jelekkan. Lemparkan aja visi misi yang positif kepada masyarakat kita, yang bisa diterima oleh masyarakat kita.
Jangan menjelek-jelekkan yang lain, itu tidak sehat cara-cara menjelek-jelekkan yang lain," pungkasnya. Dalam kontestasi politik, Agum meminta agar tak menganggap rival atau lawan politik sebagai pihak yang harus dihancurkan.
Agum Gumelar meminta supaya seluruh pihak menjalani kontestasi politik sesuai norma dan aturan main.
"Jadi, kalau ini kan kontestasi politik ya jadi jangan menganggap pihak lain sebagai musuh yang harus dihancur leburkan, harus menganggap rival yang harus dikalahkan dalam suatu kontes demokrasi.
Kontes demokrasi itu ada normanya, ada aturannya. Itu yang mungkin ya nggak usah terlalu di-blowup lah gitu, salah seperti itu. Itu hanya menciptakan suasana di masyarakat kita terbelah nantinya," ucapnya
Sumber: tvOne