FX Rudy Ungkap 2 Momen Jokowi Minta Perpanjangan Masa Jabatan ke Megawati: Itu yang Jadi Masalahnya

FX Rudy Ungkap 2 Momen Jokowi Minta Perpanjangan Masa Jabatan ke Megawati: Itu yang Jadi Masalahnya

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Solo FX Hadi Rudyatmo alias FX Rudy mengatakan, alasan "pisah jalan" Presiden Jokowi dan PDIP bukanlah soal ketersinggungan label petugas partai.

"Bukan soal sakit hati dengan sebutan petugas partai. Yang sebetulnya persoalannya bukan itu," kata FX Rudy, Kamis (30/1/2023) kemarin.

Hubungan Jokowi dan PDIP seperti diketahui kian merenggang, apalagi setelah putranya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.

Di sisi lain, PDIP, partai bernaung Jokowi, telah mencalonkan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai capres-cawapres di Pilpres 2024.


Menurut FX Rudy, Jokowi dan PDIP memulai merenggang ketika permintaan sang presiden ditolak oleh Megawati Soekarnoputri.


FX Rudy mencatat, setidaknya ada dua momen ketika Jokowi sempat meminta perpanjangan masa jabatan kepada Megawati.

"Yang pertama minta perpanjangan, minta tiga periode. Mbak Mega itu orang ataupun ketua umum yang taat dan patuh terhadap konstitusi," ujarnya.

Kemudian, sambung FX Rudy, Jokowi sempat menyampaikan permintaan, jika tak bisa tiga periode, adalah perpanjangan masa kekuasaan.

"Kedua, Pak Jokowi meminta, kalau tidak bisa tiga periode, adanya perpanjangan karena pandemi Covid. Padahal, Covid itu bukan hanya permasalahan Indonesia, melainkan dunia.


Megawati dan PDIP, kata Rudy, tak bisa mendukung langkah Jokowi karena menganggap Indonesia bukan negara kerajaan.

"Kita rakyat Indonesia harus bisa menilai bahwa Indonesia ini Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan negara kerajaan," tuturnya.

Sebut era Jokowi lebih buruk daripada Rezim Orde Baru

Masih dalam kesempatan itu, FX Rudy menyebutkan penguasa kini telah menjadi Neo Orde Baru Plus karena dinilai bertindak lebih buruk dari rezim Orde Baru Presiden Soeharto dulu.

Bahkan, FX Rudy kurang setuju dengan pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyebutkan pengusaha kini bertindak seperti Orde Baru.

"Saya kalau menyampaikan, bukan Orde Baru, [tapi] Neo Orde Baru Plus," kata Rudy kepada wartawan.

"Kalau Pak Harto masih baik-baik saja cara mengancamnya, tidak seperti sekarang. Intimidasi ya nggak terang-terangan kayak begini, dari institusi perintah ke bawah dan sebagainya nggak seperti itu dulu," ujar FX Rudy kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Saat ditanya, intimidasi seperti apa, FX Rudy mempersilakan wartawan bertanya kepada pihak-pihak yang diintimidasi.

Sebab, ia sendiri mengaku tak mendapatkan ancaman dari penguasa yang disebutnya sebagai Neo Orde Baru Plus itu.

"Neo Orde Baru Plus, ya semua kekuasaan yang dimiliki sekarang ini dipergunakan dengan segala cara yang tidak beretika," ujar FX Rudy.

"Ya tanya yang diancam. Kalo saya yang diancam, pasti saya buka," katanya.

"Jadi kemarin saya sampaikan 'Ojo Adigang, Adigung, Adiguno' tapi ojo-nya ilang. Jadi adigang, adigung, adiguno artinya berkuasa segala sesuatunya akan saya pergunakan untuk kepentingan diri saya sendiri," katanya.

Sebagai informasi, slogan "Ojo Adigang, Adigung, Adiguno" sendiri merupakan prinsip dalam pergaulan Jawa.

Jika diartikan memiliki arti "Jangan Merasa Paling Kuat", "Jangan Merasa Paling Besar", dan "Jangan Merasa Paling Pandai".

Tolak tawaran posisi Wamen PUPR

Masih dalam kesempatan yang sama, FX Rudy mengungkap jika dirinya pernah ditawari jadi Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Wamen PUPR).

Tawaran itu disampaikan langsung Gibran Rakabuming Raka di Loji Gandrung (Rumah Dinas Wali Kota Solo) pada tahun 2020 silam.

“Mas Gibran datang sendiri menegaskan mau nggak dilantik jadi Wakil Menteri PUPR,” ungkap Rudy.

Namun, Rudyatmo dengan tegas menolak tawaran itu dan lebih memilih kembali menjadi tukang las setelah tak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di Kota Solo.

“Mboten mas, kulo tak balik dadi tukang las mawon (Tidak mas, saya kembali lagi jadi tukang las saja),” kata Rudyatmo menjawab tawaran Gibran ketika itu.

Ia mengungkapkan alasannya kenapa ia menolak tawaran tersebut. Menurutnya, ia lebih memilih persahabatan daripada jabatan.

“Saya sudah sampaikan bahwa saya lebih mementingkan persahabatan daripada sebuah jabatan,” ujarnya.

Rudy mengatakan ia tak mau dicap sebagai pengkhianat jika menerima tawaran yang disampaikan Gibran itu.

“Nanti Pak Pur (Achmad Purnomo ) pasti sakit hati dan menilai ternyata Rudy barter menjadikan Mas Gibran-Teguh jadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo,” lanjutnya.

Sumber: Tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita