GELORA.CO -Prosesi pemakaman Letjen TNI (Purn) Doni Monardo di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, kemarin (4/12) berlangsung khidmat.
Sejumlah pejabat negara dan perwira tinggi TNI mengantar Doni ke peristirahatan terakhir.
Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu sempat disemayamkan di markas Kopassus.
Inspektur upacara dalam pemakaman tersebut adalah Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto.
Seusai pemakaman, Agus menyampaikan bahwa Doni merupakan panutan bagi para prajurit TNI, khususnya angkatan darat. Agus termasuk yang mengagumi Doni. ”Saya pernah operasi bareng saat Operasi Seroja di Timor Timur tahun 1995. Beliau kapten, saya letnan dua,” ungkapnya.
Menurut Agus, peran Doni dalam perjalanan kariernya sangat besar. Dia menyebutkan, Doni turut mengantarkan dirinya hingga berhasil mencapai puncak karier di TNI.
Agus mengatakan, Doni merupakan pribadi yang sangat total dalam bekerja. Salah satunya ditunjukkan ketika memimpin BNPB menanggulangi pandemi Covid-19.
”Beliau smart, jadi panutan adik-adik dan kalau kerja fokus. Setiap kegiatan ada target dan selalu berhasil,” imbuhnya.
Atas dedikasi dan jasa-jasanya kepada bangsa dan negara, TNI berniat mengusulkan Doni menjadi pahlawan nasional. ”Nanti pasti di bidang personel kami akan mengusulkan,” ucap Agus.
Menurut dia, kiprah Doni selama berada di garda depan dalam penanggulangan pandemi Covid-19 sangat mungkin dijadikan sebagai dasar usulan tersebut. Sebab, Doni tetap bekerja sangat keras. Padahal, dia masuk kategori orang yang memiliki penyakit komorbid.
Menko PMK Muhadjir Effendy mengakui hal itu. Dia menyatakan bahwa Doni bekerja sangat keras selama penanggulangan Covid-19. Meski saat itu kondisinya kurang prima, mantan komandan jenderal Kopassus tersebut tetap total menjalankan tugas. ”Beliau betul-betul bekerja penuh 24 jam, tidak pernah pulang selama menangani Covid-19 itu,” ungkap dia.
Sumber: jawapos