Dalam mimbar bebas tersebut, mahasiswa yang kompak menggunakan topeng topeng Guy Fawkes sepakat untuk menolak politik dinasti.
Mereka juga menyerukan kepada seluruh rakyat dan mahasiswa se-Indonesia untuk melawan pelanggar HAM.
Dalam orasinya, Humas AMPB Shandy Marta Praja menyebut Gibran Rakabuming Raka cawapres yang dipaksakan.
Pemaksaan tersebut membuktikan bahwa rezim Jokowi haus kekuasaan. Kapasitas Gibran sebagai cawapres dinilai belum layak, karena pengalaman yang minim dalam mengelola roda pemerintahan.
"Yang lebih mengecewakan, proses menjadi cawapres melanggar kode etik Mahkamah Konstitusi. Prosesnya saja menabrak konstitusi, apa mungkin kita bisa mengharapkan dari sosok pemimpin seperti itu untuk memimpin negeri ini," ujar Shandy.
Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Tangerang (UMT) ini menambahkan, Gibran yang diklaim mewakili sosok kaum muda dinilainya salah besar.
Justru, imbuh Shandi, sosok Gibran mewakili kepentingan oligarki yang haus kekuasaan.
"Ini jelas manipulatif, ini parah sekali. Jangan dong membodohi rakyat untuk sekadar melanggengkan kepentingan satu keluarga tertentu dalam memperpanjang kekuasaan," terangnya.
Mimbar bebas digelar di jalan masuk kawasan pendidikan Cikokol. Lokasi itu dipakai setelah mahasiswa ditolak menggelar mimbar bebas di dalam kampus STISIP Yuppentek.
Padahal proses izin sudah dilakukan, tapi H-1, pihak yayasan menolak kampusnya dijadikan lokasi acara mimbar bebas.
"Kami menduga ini ada pihak-pihak tertentu yang melakukan intimidasi dan penggembosan di acara mimbar bebas. Ini bukti pembungkaman terhadap sikap kritis mahasiswa dan pembungkaman kebebasan berekspresi dan berpendapat mahssiswa dan rakyat," tandasnya.
Dalam mimbar bebas tersebut, mahasiswa meneriakkan pekik perjuangan; lawan tirani, lawan politik dinasti dan lawan pelanggar HAM.
Mimbar bebas tersebut disemarakkan dengan musik-musik perjuangan yang menghadirkan grup band cadas SOKRAS serta Samsaka yang suaranya mirip Iwan Fals. Dalam mimbar bebas tersebut SOKRAS membawa pesan-pesan perjuangan.
Sumber: jpnn