GELORA.CO - Tiga mantan perdana menteri Israel 'mengeroyok' PM Benjamin Netanyahu terkait agresi militer ke Jalur Gaza, Palestina, yang pecah sejak 7 Oktober lalu.
Dua dari pendahulu Netanyahu tersebut bahkan menuntut Bibi, sapaan akrabnya, untuk mundur dari jabatan.
Eks PM Ehud Barak dalam sebuah opini yang diterbitkan di surat kabar Israel, Haaretz, menyerukan Netanyahu dipecat sebagai perdana menteri karena dinilai sudah "tidak layak untuk memimpin."
Barak, yang juga pernah menjabat sebagai menteri luar negeri dan menteri pertahanan Israel, mengatakan Netanyahu 'tidak dapat mengelola' kompleksitas situasi yang terjadi belakangan di Israel, demikian dikutip dari Al Jazeera.
"Netanyahu harus mundur sebelum konsekuensi dari kekurangannya menjadi tidak dapat diubah," dia menilai
Dia juga menyerukan pembentukan pemerintah persatuan nasional 'tanpa Netanyahu dan ekstremis kanan' di dalamnya.
Seruan Barak ini serupa dengan tuntutan eks PM Israel lain yakni Yair Lapid. Lapid, yang kini menjadi oposisi Israel, sempat menyebut Netanyahu telah kehilangan kepercayaan publik setelah kecolongan menghadapi gempuran Hamas pada 7 Oktober lalu.
"Netanyahu tidak bisa tetap menjadi Perdana Menteri Israel. Kita memerlukan pemerintahan untuk pemulihan nasional. Dia harus mundur sekarang," kata Lapid seperti dikutip CNN, Rabu (15/11/2023).
"Kita tidak bisa membiarkan diri kita memiliki perdana menteri yang kehilangan kepercayaan publik, baik dari sudut pandang sosial maupun keamanan," katanya lagi, dalam wawancara dengan Channel 12 Israel.
Menurut Lapid, pemerintahan Israel saat ini tidak benar-benar berfungsi. Justru yang melakukan berbagai hal dengan benar adalah lembaga pertahanan Israel.
"Kita perlu mengubah pemerintahan," tegasnya.
Meski demikian, Lapid juga menyebut saat ini bukan waktu yang tepat untuk menggelar pemilihan umum. Alih-alih itu, tindakan terbaik bagi Partai Likud Netanyahu adalah menggulingkan pemimpin veteran tersebut dan menggantinya dengan tokoh lain di partai itu.
Eks PM Israel lainnya, Ehud Olmert, juga melontarkan kritik tajam kepada Netanyahu atas konflik yang sedang berlangsung di Gaza.
Olmert mengatakan Netanyahu telah 'hancur secara emosional' karena gagal mempertahankan keamanan nasional imbas serangan Hamas.
Olmert juga menganggap Netanyahu telah salah perhitungan menanggapi gempuran Hamas dan soal ambisinya mengontrol penuh keamanan di Jalur Gaza.
Dia bahkan mengklaim Netanyahu sedang stress berat karena tekanan publik dan oposisi yang mendesaknya mundur dari jabatan.
[Netanyahu] telah menciut. Dia hancur secara emosional, itu sudah pasti. Maksud saya, sesuatu yang buruk tengah terjadi padanya. Bibi [sapaan akrab Netanyahu] telah bekerja sepanjang hidupnya dengan mempercayai alasan palsu bahwa dia adalah Mr. Security. Dia Mr. Bullshit," kata Olmert dalam wawancaranya dengan Politico.
"Setiap menit dia berperan sebagai perdana menteri, setiap menit pula dia membahayakan Israel. Saya serius. Saya yakin Amerika mengerti bahwa dia [Netanyahu] dalam kondisi yang buruk," paparnya menambahkan.
Sebuah jajak pendapat pada awal November menunjukkan bahwa mayoritas atau 76 persen warga Israel ingin agar Netanyahu mundur dari jabatan.
Beberapa jajak pendapat pada bulan lalu juga menunjukkan Netanyahu bakal kalah jika pemilihan umum digelar saat ini.
Pada sebuah survei pertengahan Oktober lalu, terlihat bahwa mayoritas warga Israel percaya kegagalan mencegah serangan Hamas memperlihatkan 'bencana kepemimpinan' di tangan Netanyahu.
Dua pertiga responden bahkan mendesak siapa pun untuk mengganti Netanyahu sebagai PM Israel.
Sumber: inilah