GELORA.CO - Gerakan boikot terhadap sejumlah produk dan brand yang terafiliasi dengan Israel mulai berdampak. Salah satunya ke penjualan Starbucks di Mesir, salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, Palestina.
Viral di media sosial, gerai Starbucks di Mesir memberikan diskon besar-besaran hingga hampir 80 persen untuk produk mereka. Bagi siapa pun yang bilang aksi boikot tak berdampak, tulis salah satu pemilik akun media sosial X, lihat ini di Starbucks Mesir ada diskon produknya sampai 78,5 persen.
"For those who say boycotts don’t work. Starbucks in Egypt is doing a 78.5% discount on its products," tulis akun @smile2jannah dikutip Senin (6/11).
Produk yang harga normalnya 93 pound Mesir atau livre égyptienne (LE), ditawarkan menjadi hanya 20 pound Mesir.
Starbucks menjadi salah satu brand utama gerakan BDS atau Boycott, Divestment, Sanctions yang berlangsung secara global. Apalagi manajemen Starbucks menentang sikap pekerjanya yang justru bersimpati dengan nasib warga Palestina.
Executive Vice President and Chief Communications Officer Public Affairs Starbucks, AJ Jones II, mengatakan perusahaan telah mengambil tindakan hukum kepada serikat pekerja yaitu Workers United dan Service Employees International Union (SEIU) dengan alasan penyalahgunaan nama, logo, dan kekayaan intelektual.
Tak hanya itu, Jones juga memberikan klarifikasi melalui surat kepada Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Israel, Duvi Honig, bahwa tindakan serikat pekerja tersebut tidak mencerminkan sikap Starbucks.
Selain Starbucks, dua brand besar yang jadi sasaran utama gerakan boikot khususnya di Timur Tengah adalah McDonald's dan Disney+. McDonald's sebelumnya memberikan pasokan makanan gratis bagi militer Israel. Sementara Disney membuat komitmen untuk menyalurkan bantuan USD 2 juta bagi Israel.
Aksi BDS (Boikot, Divestasi, Sanksi) itu sebagai bentuk protes tanpa kekerasan, yang menentang serangan brutal Israel ke Gaza dan Palestina secara umum. Gerakan tersebut awalnya dicanangkan warga sipil Palestina pada 2005, yang kemudian meluas secara global.
Ekonom Mesir, Ahmed Hamy, menilai gerakan tersebut selain menekan Israel secara ekonomi, pada sisi lain juga menaikkan omzet produk lokal.
"Situasinya agak problematis. Apa yang terjadi justru menguntungkan produksi lokal dan merugikan perusahaan waralaba, sementara keduanya sama-sama memberikan suntikan dana ke perekonomian nasional," kata Ahmed Hamy kepada The New Arab.
Pada sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa boikot tersebut telah menimbulkan kerugian besar pada perekonomian nasional dan pasar kerja di kawasan Afrika Utara. Karena sebagian produk waralaba brand dari Barat, menggunakan bahan baku lokal.
Sehingga penurunan omzet penjualan brand-brand tersebut, juga berdampak ke pengusaha lokal Mesir.
Sumber: kumparan