Orang Paling Tajir Se-Indonesia ini Masuk 27 Terkaya Sejagad, Hartanya Jauh di Atas Janda Jeff Besos

Orang Paling Tajir Se-Indonesia ini Masuk 27 Terkaya Sejagad, Hartanya Jauh di Atas Janda Jeff Besos

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Konglomerat Indonesia, Prajogo Pangestu melesat menjadi orang paling kaya di Indonesia baru-baru ini.

Ia meloncati tiga pengusaha yang selama ini masuk nominasi tertinggi orang paling tajir se Indonesia yaitu bos PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Low Tuck Kwong dan duo kakak beradik pemilik PT Bank BCA Tbk duo Hartono, Budi Hartono dan Michael Hartono.

Forbes Real Time Billionaires menyebut kekayaan bersih Prajogo Pangestu mencapai US$ 43,6 miliar atau sekitar Rp 675,8 triliun (kurs Rp 15.502) pada Jumat (17/11/2023).

Dengan kekayaan sebesar itu, harta Prajogo Pangestu bukan hanya terkaya seantero nusantara, tetapi ia juga masuk dalam jajaran top orang terkaya dunia.


Forbes menempatkan Prajogo Pangestu di peringkat ke-27 terkaya di dunia dan nomor satu terkaya di Indonesia.

Nilai kekayaan Prajogo Pangestu tersebut telah membuatnya menjadi lebih kaya dari nama-nama besar lainnya seperti jandanya Jeff Bezos yakni MacKenzie Scoot yang memiliki kekayaan bersih US$ 38,9 miliar atau sekitar Rp 603 triliun.


Maupun taipan dari China yang namanya sempat melejit yakni Colin Huang dengan kekayaan bersih US$ 40,6 miliar atau sekitar Rp 629 triliun.

Bahkan Prajogo Pangestu sudah mendekati nilai kekayaan konglomerat dari India yang namanya sempat menghebohkan dunia yakni Gautam Adani yang berada di urutan ke-24 terkaya dunia dengan kekayaan bersih US$ 51,4 miliar atau sekitar Rp 796 triliun.

Dikutip dari Kontan, di Tanah Air sendiri, nilai kekayaan Prajogo Pangestu semakin tinggi dan tak terkejar.



Orang terkaya Indonesia sebelumnya yang juga bos batubara dan pemilik PT. Bayan Resources Tbk (BYAN), Low Tuck Kwong berada di urutan kedua dengan nilai kekayaan bersih US$ 27,2 miliar atau sekitar Rp 421 triliun sudah jauh di bawah Prajogo Pangestu.

Demikian juga dengan kekayaan pemilik Djarum dan Bos PT BCA Tbk (BBCA) yang dikenal dengan duo Hartono berada di urutan ketiga dan keempat terkaya RI.

Rudi Budi Hartono misalnya memiliki kekayaan bersih US$ 25,2 miliar atau sekitar Rp 390 triliun dan suadaranya Michael Bambang Hartono memiliki kekayaan bersih US$ 24,2 miliar atau sekitar Rp 375 triliun.

Jika digabungkan nilai kekayaan mereka mencapai US$ 49,2 miliar atau sekitar Rp 762 triliun dan masih lebih besar daripada Prajogo Pangestu.


Adapun sumber kekayaan Prajogo Pangestu berasal dari empat perusahaannya yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni holding energi PT Barito Pacific Tbk (BRPT), perusahaan petrokimia PT Chandra Astri Petrochemical Tbk (TPIA), emiten geotermal yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan emiten batubara PT Petrindo Jaya Krasi Tbk (CUAN).

Berikut ini adalah daftar 10 orang terkaya RI versi Forbes Real Time per Jumat (17/11/2023):

Prajogo Pangestu US$ 43,6 miliar
Low Tuck Kwong US$ 27,2 miliar
Rudi Budi Hartono US$ 25,2 miliar
Michael Hartono US$ 24,2 miliar
Sri Prakash Lohia US$ 8,5 miliar
Chairul Tanjung US$ 5,7 miliar
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono US$ 4,8 miliar
Dewi Kam US$ 4,4 miliar
Djoko Susanto US$ 4,3 miliar
Tahir dan Family US$ 4,3 miliar
Bisnis Prajogo Pangestu

Diketahui, Prajogo Pangestu adalah pemilik PT Barito Pacific yang bergerak di bidang kehutanan, industri, pertambangan, properti, hingga transportasi.

Dikutip dari Tribunnews.com, Prajogo Pangestu juga merupakan pemilik saham terbesar di perusahaan petrokimia Chandra Asri dengan kepemilikannya 70 persen.

Prajogo Pangestu memulai bisnis kayu pada 1970-an, sebelumnya ia bekerja di perusahaan PT Djajanti Group milik pengusaha asal Malaysia.

Lantas, siapa sosok Prajogo Pangestu?

Prajogo Pangestu lahir di Sambas, Kalimantan Barat, pada 13 mei 1944.

Pria yang lahir dengan nama Phang Djoem Phen ini terlahir dari keluarga miskin.

Kondisi keluarganya yang memiliki keterbatasan keuangan membuat Prajogo Pangestu berhenti sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Hal itu membuat Prajogo Pangestu berani merantau demi memperbaiki keuangan keluarganya.

Prajogo Pangestu akhirnya merantau ke Jakarta untuk mencari lowongan pekerjaan.

Namun, dirinya tak kunjung mendapat pekerjaan dan memilih pulang ke kampung halamannya.

Setelah pulang ke kampung halamannya, Kalimantan Barat, Prajogo Pangestu mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum hingga tahun 1960-an.

Di tahun yang sama, Prajogo Pangestu berkenalan dengan pengusaha yang bernama Bong Sun On alias Burhan Uray asal Malaysia.

Dilansir laman Tribunwiki.com, Burhan Uray merupakan pemilik PT Djajanti Group yang bergerak dalam bidang kayu.

Kemudian Prajogo Pangestu memutuskan untuk bekerja di PT Djajanti Group pada 1969.

Selama bekerja, Prajogo Pangestu sangat giat dan akhirnya diberi jabatan sebagai General Manager (GM) di Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur, tahun 1976.

Pabrik tersebut juga dimiliki oleh Burhan Uray.

Jabatan GM Prajogo Pangestu hanya diemban satu tahun dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri bekerjanya bersama Burhan Uray.

Awal mula bisnis Prajogo Pangestu

Saat itu ada CV Pacific Lumber Co yang sedang dalam masa kolaps dan dijual oleh pemiliknya.

Mengetahui hal itu, Prajogo Pangestu mulai merintis bisnisnya dengan membeli CV Pacific Lumber Co dengan uang yang ia pinjam dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Pada akhirnya, nama Pacific Lumber Co diganti menjadi PT Barito Pacific dibawah kepemilikan Prajogo Pangestu.

Dengan keahliannya yang ia emban selama bekerja, Prajogo Pangestu mampu mengembangkan dan meningkatkan PT Barito Pacific.

Diketahui, Prajogo Pangestu mampu melunasi pinjaman di BRI hanya dalam waktu satu tahun.

Saat itu, Prajogo juga memulai bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha Indonesia, termasuk dengan anak Presiden Soeharto.

Yang akhirnya, PT Barito Pacific berkembang menjadi Barito group yang bergerak di bidang petrokimia, minyak sawit merah, perkayuan, hingga properti.

Nama Prajogo Pangestu termasuk dalam daftar konglomerat ternama di Indonesia pada era Presiden Soeharto.

Belum puas dengan Barito Pacific, Prajogo akhirnya mengakuisi perusahaan petrokimia Chandra Asri pada 2007.

Hingga saat ini perusahaan Chandra Asri menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia dan menjadi produsen ban Michelin Prancis dengan mengembangkan pabrik karet sintetis.

Dengan segudang pengalaman dan kepemilikan perusahaan di Indoensia, Prajogo Pangestu menerima penghargaan anugerah tanda kehormatan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2019.

Penghargaan itu adalah Bintang Jasa Utama, yang tertulis dalam keputusan Presiden (Keppres) 72/2019, Keppres 73/2019, dan Keppres 74/2019.

Sumber: Tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita