Dinilai Menepuk Air di Dulang soal Kecurangan Pemilu, Masinton PDIP Irit Bicara

Dinilai Menepuk Air di Dulang soal Kecurangan Pemilu, Masinton PDIP Irit Bicara

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Masinton Pasaribu tidak banyak bicara ketika ditanya anggapan partainya menepuk air di dulang setelah ditemukan dokumen Pakta Integritas dan dugaan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Boyolali yang diminta mendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Masinton hanya menjawab temuan-temuan itu tidak jelas sumbernya.

“Itu kan engga jelas, tabayun dulu,” kata Masinton saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis, 16 Oktober 2023. 

Tersangka dugaan tindak pidana korupsi Pj Bupati Sorong Yan Piet Mosso ditengarai membuat Pakta Integritas dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Papua Barat Brigjen TNI TSP. Silaban. Pakta Integritas itu untuk mencari dukungan dan memberikan kontribusi suara pada pemilihan presiden atau Pilpres 2024 minimal sebesar 60%+1 untuk kemenangan Ganjar Pranowo di Kabupaten Sorong.

Politikus PDIP Bambang Wuryanto tidak banyak bicara ketika ditanya tentang temuan Pakta Integritas itu. Menurut Bambang Pakta Integritas itu juga belum dipastikan benar atau tidaknya. “Surat itu resmi atau tidak resmi? belum diklarifikasi,” kata Bambang saat ditemui di Kompleks Parlemen, Rabu, 15 November 2023.

Pengamat politik dan akademisi Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menganggap fenomena ini seperti pepatah menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Kendati demikian, sikap PDIP yang teriak soal kecurangan pada Pemilu, kata Ujang, bagus untuk mengawasi pemerintah agar tidak terjadi kecurangan.

“Terapi jangan lupa juga PDIP juga mempunyai kekurangan dan masalah yang menjadi sasaran tembak lawan untuk membuka kesalahan PDIP sendiri,” kata Ujang saat dihubungi Rabu malam, 15 November 2023.

Menurut Ujang, fenomena seperti itu tidak aneh di dalam politik. Semua pihak, kata Ujang, saling memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ujang mengibaratkan seperti dalam satu bis kota untuk tidak saling mendahului. 

“Ketika yang satu menyerang, yang lain akan membuka aib yang menyerang,” kata Ujang. “Seperti itulah politik.”

Sumber: tempo
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita