GELORA.CO - Pemerintah Bolivia mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena serangan mereka di Jalur Gaza. Sementara negara tetangganya Kolombia dan Cile menarik duta besar mereka dari Israel.
Ketiga negara Amerika Selatan tersebut mengecam serangan Israel di Jalur Gaza dan mengutuk kematian warga Palestina. Serangan terbaru Israel terjadi di kamp pengungsi Jabilia pada Selasa petang. Israel menjatuhkan enam bom berkekuatan seluruhnya enam ton ke kompleks apartemen pengungsi tersebut.
Sekitar 400 orang dilaporkan tewas dan terluka sementara ribuan lainnya terperangkap di bawah reruntuhan. Seluruh kompleks kamp pengungsi dengan 15 gedung apartemen itu hancur hanya dalam sekian detik.
Bolivia “memutuskan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Israel sebagai penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional yang terjadi di Jalur Gaza,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Freddy Mamani pada konferensi pers.
Bolivia menjadi negara pertama di dunia yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel menyusul serangan brutal Israel terhadap warga sipil Gaza dengan dalih mengejar petinggi Hamas.
Bolivia dan Cile menyerukan gencatan senjata dan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke zona tersebut, dan mengatakan Israel melanggar hukum internasional.
Presiden Kolombia Gustavo Petro menyebut serangan itu sebagai "pembantaian rakyat Palestina" dalam sebuah postingan di jaringan media sosial X.
Juru bicara kepresidenan Kolombia mengatakan dia sedang mencari informasi lebih lanjut mengenai keputusan Petro.
Kementerian luar negeri Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai keputusan ketiga negara tersebut.
Negara-negara tetangga Amerika Latin lainnya, seperti Meksiko dan Brasil, juga baru-baru ini menyerukan gencatan senjata.
“Apa yang kita lihat sekarang adalah kegilaan perdana menteri Israel yang ingin melenyapkan Jalur Gaza,” kata Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva pada Jumat.
Bolivia adalah salah satu negara pertama yang secara aktif memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena perang di Gaza, sebagai pembalasan atas serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan oleh militan Hamas Palestina yang menurut Israel menewaskan 1.400 orang dan menyandera 240 orang.
Negara Amerika Selatan ini sebelumnya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada 2009 di bawah pemerintahan Presiden sayap kiri Evo Morales, juga sebagai protes atas tindakan Israel di Gaza.
Pada 2020, pemerintahan Presiden sementara sayap kanan Jeanine Anez membangun kembali hubungan.
“Kami menolak kejahatan perang yang dilakukan di Gaza. Kami mendukung inisiatif internasional untuk menjamin bantuan kemanusiaan, sesuai dengan hukum internasional,” kata Presiden Bolivia Arce melalui media sosial pada Senin.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober. Para pejabat PBB mengatakan lebih dari 1,4 juta penduduk sipil Gaza atau sekitar 2,3 juta jiwa telah kehilangan tempat tinggal.
Militer Israel menuduh Hamas yang didukung Iran, yang menguasai wilayah pesisir yang sempit, menggunakan bangunan sipil sebagai perlindungan bagi para pejuang, komandan dan persenjataan, tuduhan yang dibantah oleh Hamas.
Sumber: tempo