GELORA.CO - Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mewaspadai potensi tumbuhnya upaya teror dengan menumpangi konflik perang Palestina.
Sinyal ini disampaikan saat menjadi pembicara Seminar Nasional yang digelar kampus Universitas Semarang di Auditorium Ir Widjatmoko Kamis, (9/11).
Kepala BNPT Komjen Pol Prof Dr H Mohammad Rycko Amelza Dahniel MSi mengatakan, perang Israel dan Palestina membuat banyak pihak merasa prihatin dengan melakukan aksi demo atau unjuk rasa. Namun demikian, ada juga yang tersulut emosi melihat korban berjatuhan di pihak Palestina sehingga pihak meminta agar pemerintah segera membantu.
"Bahkan ada yang minta untuk dikirim ke Palestina untuk ikut berperang, hal itulah yang membuat kami waspada, sehingga kami menghimbau untuk menunggu pemerintah" kara Rycko di sela seminar di Universitas Semarang bekerjasama Polwiltabes Semarang bertema Pencegahan Paham Radikalisasi bagi Mahasiswa Indonesia menuju Generasi Emas 2045.
Dia menegaskan, semua pihak menunggu perintah pemerintah. Terkait situasi di Gaza, pemerintah berdiri untuk Palestina dengan memberi bantuan makanan dan obat-obatan untuk korban perang Palestina.
Rektor USM Dr Supari ST, MT mengakui, mahasiswa merupakan sasaran empuk untuk dipengaruhi pola pikir dan pengetahuan tentang paham radikal.
Menurut dia, upaya untuk mengantisipasi paham radikal itu eranya sudah berbeda dengan kemajuan.
"Di USM ada unit mahasiswa pengawal ideologi bangsa untuk menangkal radikalisme di kalangan mahasiswa," kata Supari.
Dia menjelaskan, ada fenomena FUCA yakni Folitly (gonjang ganjing), Unstanty (ketidaktentuan), Complecity (keruwetan hidup yang kompleks) dan Ambiguity (situasi membingungkan) di tengah masyarakat.
Oleh sebab itu, untuk menangkal juga diperlukan FUCA meliputi Fision (akidah baik), Understanding (pengetahuan), Clearary (kejelasan) dan Agelity (lincah).
"Kami juga memberikan konsultasi, jangan sampai lebih mengedepankan pencegahan, tidak memberikan sanksi," pungkas Supari.
Sumber: rmoljateng