Belum Puas, Erdogan Kembali Serang Netanyahu, Sebut Dia 'Tukang Jagal di Gaza'

Belum Puas, Erdogan Kembali Serang Netanyahu, Sebut Dia 'Tukang Jagal di Gaza'

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menjuluki Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "tukang jagal di Gaza".

Julukan itu disampaikan Erdogan di tengah rapat parlemen pada Rabu (29/11/2023).

Pada momen itu, Erdogan menyinggung dugaan kejahatan yang diduga dilakukan Netanyahu di Gaza.

Dia dengan tegas mengecam operasi militer di wilayah permukiman orang Palestina.


"Turki akan melakukan segala upaya untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah Israel di bawah undang-undang internasional dan tanggung jawab moral," kata Erdogan dikutip dari Russian Today.

Erdogan berujar telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Gaza. Di tengah itu semua, menurut Erdogan, negara-negara Barat justru bersikap apatis.

Perang antara Israel dan Hamas meletus tanggal 7 Oktober 2023 setelah Hamas melancarkan serangan tiba-tiba.

Kata Erdogan, Israel membalas serangan itu dengan sejenis "genosida".

"Semacam genosida dengan memutus aliran makanan, bahan bakar, obat-obatan, roti, listrik, air, dan komunikasi untuk 2,3 juta orang, menindas mereka di dalam penjara terbuka seluas 360 km persegi."


"Netanyahu yang melakukan salah satu kejahatan terbesar pada abad lalu di Gaza telah menuliskan namanya dalam sejarah sebagai 'tukang jagal di Gaza,'" katanya.


Sebelumnya, Erdogan juga menyebut Israel sebagai "negara teroris". Netanyahu kemudian membalas dengan berujar bahwa Erdogan telah mendukung "negara teroris Hamas".

Adapun serangan yang dilancarkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan telah menewaskan lebih dari 16.000 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak


Minta Israel diadili

Sebelumnya, Erdogan telah meminta Israel diseret ke pengadilan internasional atas kejahatannya di Jalur Gaza.

Permintaan itu disampaikan Erdogan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Selasa (28/11/2023), lewat panggilan telepon.

Menurut pihak Turki, Erdogan dan Guterres membahas sejumlah hal dalam pembicaraan itu.

Salah satunya ialah harapan masyarakat internasional perihal serangan Israel yang melanggar hukum.

Kemudian, dibahas pula akses terhadap bantuan kemanusiaan di tempat pengungsian dan upaya untuk menegakkan perdamaian jangka panjang.

“Selama panggilan telepon itu Presiden Erdogan menyebut Israel dengan tanpa malu terus menginjak hukum internasional, hukum perang, dan hukum kemanusiaan internasional, dilihat dari kacamata masyarakat internasional, dan Israel harus bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya di depan hukum internasional,” kata Turki dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters.


Disebut lakukan genosida

Mirip dengan Erdogan, Menteri Informasi Lebanon Ziad Makary menyebut Israel telah melakukan genosida di Gaza.

“Ini bukan perang, ini genosida,” kata Makary di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Komunikasi Strategis Internasional yang digelar di Istanbul, Turki, Senin, dikutip dari Anadolu Agency.

“Mereka melakukan sesuatu yang lebih buruk daripada genosida yang mereka alami saat Perang Dunia II.”

Makary turut menyinggung adanya disinformasi di Gaza. Kata dia, dalam KTT itu turut dibahas apa yang sedang terjadi di dunia ini dalam hal disinformasi dan misinformasi.

“Kami punya tiga jurnalis yang secara sengaja dibunuh oleh Israel. Seperti yang kalian tahu, Israel adalah negara penggenosida, dan apa yang terjadi di Gaza saat ini telah membuktikannya,” kata dia.

"Mereka membicarakan ‘Holocaust’, tetapi mereka melakukan seseutau yang lebih buruk daripada genosida yang mereka alami pada Perang Dunia II."


Makary juga menyinggung sudut pandang media Barat dalam memberitakan konflik di Gaza.

“Media Barat selalu berada di tangan lobi Israel. Israel selalu mengendalikan media.”

“Kini berkat semua teknologi ini, media sosial, dan jurnalis di semua tempat, kita bisa menyampaikan kebenaran tanpa membuat berita palsu dan menggunakan informasi keliru, dan ini hal yang amat penting," ujarnya menjelaskan

Sumber: Tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita