Walhi Duga Polisi Dukung Perusahaan soal Konflik Seruyan: Ini Polri atau Satpam Perusahaan?

Walhi Duga Polisi Dukung Perusahaan soal Konflik Seruyan: Ini Polri atau Satpam Perusahaan?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Nasional menduga polisi mendukung pihak perusahaan dalam konflik yang menewaskan satu warga di Bangkal, Seruyan, Kalimantan Tengah. Gijik, 35 tahun, meregang nyawa setelah sebutir peluru tajam menembus dadanya, Sabtu, 7 Oktober 2023.

Manajer Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Nasional, Uli Arta Siagian, mengaku heran lantaran brimob, polres, dan polda setempat justru mendukung perusahaan alih-alih melindungi keselamatan warga. "Polisi mem-back up perusahaan secara penuh. Kami heran ini mereka polisi atau satpam perusahaan," ujar dia kepada Tempo, Ahad, 8 Oktober 2023.

Warga Bangkal, kata dia, mulai berunjuk rasa dengan memblokade lahan pada Sabtu,16 September 2023. Dalam aksi-aksi itu, beberapa kali bentrok terjadi antara warga dan kepolisian. Uli mengatakan bentrok terjadi lantaran polisi berusaha memihak kepentingan perusahaan. "Kalau memang bekerja untuk perusahaan ya sudah dibubarkan saja sekalian," ujar dia.

Bentrok pada Sabtu, 7 Oktober 2023, kata dia, merupakan bentrok terparah antara warga dan kepolisian. Hal itu, kata dia, dipicu oleh tindakan polisi menembakkan gas air mata dan peluru ke arah warga. "Ada tiga yang tertembak. Satu meninggal, di dadanya kena peluru, tembus. Satu lagi kritis di rumah sakit. Satu lagi kami belum dapat informasi kondisinya seperti apa," uajr dia.

Uli mengonfirmasi bahwa peluru yang ditembakkan polisi ke arah warga merupakan peluru tajam. Namun, kata dia, tak ada penanganan dan tanggung jawab polisi atas insiden itu. "Peluru tajam. Berdasarkan informasi yang didapatkan di lapangan, itu peluru tajam, tembus bagian dadanya. Kita bisa lihat di foto-foto yang beredar," ujar dia.

Tak hanya menembaki warga, polisi menahan 20 warga yang mengikuti aksi blokade lahan. Dia mengatakan mereka yang ditahan sampai hari ini belum dilepaskan. Hal itu diperparah dengan sulitnya akses warga terhadap pendampingan hukum. "Cukup sulit masyarakat mendapatkan akses terhadap pembelaan," ujar dia.

Uli mengatakan ada sekitar seribu warga yang mengungsi ke desa-desa di sekitar Bangkal sejak aksi pertama kali pada Sabtu, 16 September 2023. Hal itu, kata dia, terjadi lantaran warga mengalami trauma. Mereka pun memilih untuk menahan diri saat ini. "Kayaknya slow down dulu, karena memang masyarakat pasti trauma," ujar dia.

Sumber: tempo
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita