Pengakuan Sarjana Barat: Berabad-abad Palestina Damai di Bawah Pemerintahan Islam

Pengakuan Sarjana Barat: Berabad-abad Palestina Damai di Bawah Pemerintahan Islam

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Palestina mulai berada di bawah pengaruh Islam tatkala ditaklukkan Umar bin Khattab, khalifah kedua sepeninggal Rasulullah SAW menggantikan Abu Bakar Ash Shidiq.

Khalifah Umar menunjukkan sikap dan kebijakan yang toleran kepada para penduduk di daerah ini tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut.

Umat Islam dan Kristen pun dapat hidup berdampingan dengan aman dan damai karena sedari awal, kedatangan kaum Muslim di Palestina memang tidak membawa jiwa perang, tetapi dengan perdamaian dan kasih sayang, sebagaimana dilukiskan oleh Karen Armstrong sebagai berikut:

“Ketika khalifah Umar memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor kuda putih, ia dikawal oleh uskup Yunani Sofronius yang juga bertindak sebagai pemuka kota. Sang khalifah minta agar diantarkan ke Haram Asysyarif, tempat nabi Muhammad SAW melakukan Miraj. Umar pun berlutut dan berdoa di tempat ini. Lalu Umar juga minta diantarkan untuk mengunjungi tempat-tempat suci kaum Nasrani. Ketika mereka berada di Gereja Holy Sepulchre, waktu sholat pun tiba. Sang uskup kemudian mempersilakan Umar untuk sholat di gereja tersebut. Namun, Umar menolaknya dengan santun sembari beralasan bahwa jika ia berdoa dan beribadah di dalam gereja, dikhawatirkan umat Islam di kemudian hari akan mengenang kejadian tersebut dan mendirikan sebuah masjid di sana yang berarti akan memusnahkan Gereja Holy Sepulchre. Sang uskup terdiam sejenak terpukau seolah tak percaya mendengar ucapan Umar tersebut. Umar pun segera bergegas pergi sholat di tempat yang agak jauh dari gereja tersebut, yang kebetulan di tempat yang langsung berhadapan dengan Holy Sepulchre.”

Kini di tempat itu berdiri sebuah masjid kecil yang dibangun sebagai persembahan untuk Umar bin Khattab. Selain masjid tersebut, didirikan pula sebuah masjid besar untuk menandai penaklukan Palestina oleh umat Islam dan Masjid Al Aqsa guna mengenang Isra yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Sikap simpatik Umar pun berlanjut tatkala dia dan umat Islam lainnya membersihkan sampah-sampah di tempat reruntuhan biara Yahudi.

Selama bertahun-tahun, kaum Nasrani menggunakannya sebagai tempat pembuangan sampah kota. Penaklukan Palestina oleh kaum Muslim menjadi pintu masuk untuk membangun Islam di kota suci ketiga bagi umat Islam tersebut.

Kondisi Palestina tidak banyak berubah ketika terjadi peralihan kekuasaan dari masa Kulafaur Rasyidin kepada masa Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus.

Hal yang sama terjadi ketika kekuasaan berada di tangan Dinasti Abbasiyah yang menjadikan Bagdad sebagai ibu kotanya. Kedamaian dan ketertiban terus terjaga di wilayah Palestina.

Umat Islam membawa peradaban bagi Yerusalem dan seluruh wilayah Palestina. Budaya yang penuh dengan nilai toleransi mereka kembangkan sehingga membawa kedamaian dan ketertiban kepada umat Islam, Kristen, dan Yahudi di sana. Umat Islam juga tidak pernah memaksakan umat yang lain untuk memeluk Islam.

Di samping itu, pada masa ini pula penduduk Palestina segera mengadopsi kebudayaan Arab hingga kemudian kebudayaan Arab menjadi dominan di sana. Dalam soal bahasa misalnya, sebelumnya bahasa Aramiah digunakan secara luas di Palestina.

Namun setelah dikuasai oleh Islam, bahasa pun berganti menjadi bahasa Arab dan berlangsung sampai saat ini.

Kedamaian dan ketenangan Palestina baru mulai mengalami gangguan pada akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pada awalnya terjadi ketegangan-ketegangan politik antara dinasti-dinasti Islam yang berkuasa di akhir masa kekuasaan Abbasiyah, terutama antara Dinasti Fatimiyyah dan Abbasiyah.

Bahkan pada abad ke-10 dinasti ini mengklaim kekuasaan atas daerah-daerah Mesir, Suriah, Anatolia, termasuk juga Palestina. Meskipun begitu, gejolak politik tersebut tidak sampai mengganggu kedamaian beragama umat Islam, Kristen, dan Yahudi di Yerusalem. Mereka masih tetap dapat hidup berdampingan dan saling menghormati satu sama lain.

(Sumber: Hamas, Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel, penulis: Bawono Kumoro, penerbit: Mizan Pustaka, 2009, halaman 31-34)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita