Enam Tahun Menghilang, Ternyata Profesor Uyghur Ini Dibui Seumur Hidup oleh Otoritas China

Enam Tahun Menghilang, Ternyata Profesor Uyghur Ini Dibui Seumur Hidup oleh Otoritas China

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Enam tahun menghilang, profesor cantik asal Uyghur ternyata dibui seumur hidup oleh pemerintah China.

Profesor Rahile Dawut, 57, pakar dalam kajian cerita rakyat dan tradisi Uyghur dan dianggap ahli di bidangnya. Dia menghilang enam tahun lalu. Ternyata, dikabarkan telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh otoritas China dengan alasan ‘membahayakan negara’.

Profesor Rahile kalah dalam pengadilan tingkat banding setelah divonis bersalah pada tahun 2018 dalam dakwaan mempromosikan ‘pemisahan’, menurut organisasi peduli hak asasi manusia berbasis di AS Dui Hua Foundation, seperti dilaporkan The Guardian.

Organisasi HAM ini telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berusaha menemukan Dawut. Dalam sebuah pernyataan, mereka mengatakan telah menerima informasi dari seorang pejabat China dan sedang mencari informasi lebih lanjut tentang Dawut dari pemerintah, termasuk di mana dia berada, bagaimana kondisi kesehatannya, dan haknya untuk berhubungan dengan anggota keluarga.

“Hukuman penjara seumur hidup yang dijatuhkan atas Prof Rahile Dawut adalah sebuah tragedi yang kejam, kerugian besar bagi masyarakat Uyghur, dan bagi semua orang yang menjunjung tinggi kebebasan akademis. Saya menyerukan agar dia segera dibebaskan dan dikembalikan dengan selamat ke keluarganya,” seru Direktur Eksekutif Dui Hua John Kamm.

Dawut diyakini termasuk di antara lebih dari 300 intelektual Uyghur yang diketahui telah ditahan, ditangkap, dan dipenjarakan sejak 2016. Diperkirakan 1,5 juta orang dari etnis Muslim Uyghur ditahan di kamp ‘pendidikan ulang’ yang didirikan oleh rezim Beijing.

Selain hukuman penjara seumur hidup, Dawut juga dicabut hak-hak politiknya seumur hidup, kata Dui Hua.

Akida Pulat, putri Dawut, dalam pernyataan yang disampaikan melalui Dui Hua, menyeru kepada pemerintah China agar membebaskan ibunya.

“Saya mengkhawatirkan ibu saya setiap hari. Membayangkan ibu saya yang tidak bersalah harus menghabiskan hidupnya di penjara telah mendatangkan rasa sakit yang tak tertahankan bagi saya. China, tunjukkan belas kasihanmu dan lepaskan ibu saya yang tidak bersalah,” kata Akida Pulat.

Saat ditangkap pada Desember 2017, Dawut sedang mengajar di Xinjiang University College of Humanities, di mana dia juga mendirikan Ethnic Minorities Research Centre pada 2007.

Banyak institusi akademis yang pernah berhubungan dengan Dawut melalui karyanya, termasuk perguruan tinggi ternama seperti Harvard, Cornell, British Columbia, Pennsylvania, Washington, Indiana, dan Cambridge, bergabung untuk menyerukan pembebasan Dawut.

Sumber: herald
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita