GELORA.CO - Sejak dimulainya perang di Gaza apda Sabtu (7/10/2023), para pejabat Israel melalui berbagai media mengklaim kalau semua warga Gaza Palestina adalah “Nazi” atau “teroris” yang perlu dibasmi.
Dalam wawancara langsung di stasiun televisi pemerintah Rusia, RT, anggota parlemen Israel, Amir Weitmann mengancam akan membuat Moskow “membayar akibat” karena diduga mendukung perlawanan Palestina di Gaza.
"Kami akan menyelesaikan perang ini. Kami akan menang karena Kami lebih kuat. Setelah ini, Rusia akan menanggung akibatnya. Percayalah, Rusia akan menanggung akibatnya," Weitmann, ketua kaukus libertarian di Partai Likud yang berkuasa di Israel, mengatakan kepada pembawa berita RT.
“Rusia mendukung musuh-musuh Israel, Rusia mendukung orang-orang Nazi yang ingin melakukan genosida terhadap kami, dan Rusia akan menanggung akibatnya .... Kami akan mengakhiri Nazi ini, kami akan memenangkan ini perang... Kami tidak melupakan apa yang Anda lakukan... Kami akan datang, kami akan memastikan Ukraina menang, kami akan memastikan kalau Anda membayar harga atas apa yang telah Anda lakukan," ujar sekutu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu itu melanjutkan.
Sejak dimulainya perang Gaza-Israel, pemerintah Rusia terus menyerukan penyelesaian damai.
Minggu ini, negara tersebut menyusun resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Namun, sekutu barat Israel menggagalkannya.
Ketika bombardemen yang dilakukan Tel Aviv terhadap jutaan warga sipil Palestina meningkat, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan kalau pengepungan Gaza mengingatkan pada pengepungan Leningrad oleh Nazi Jerman.
Eks-PM Israel Mengamuk di Siaran TV
Tuduhan Weitmann tersebut mengikuti jejak klaim liar lainnya yang dibuat oleh para pejabat Israel dan mantan pejabat Israel.
Ketika ditanya pekan lalu dalam sebuah wawancara TV media Barat tentang penderitaan yang dihadapi warga Palestina di Gaza, mantan perdana menteri Israel, Naftali Bennett mengecam pewawancara tersebut dan mengulangi klaim kalau pejuang perlawanan Palestina adalah “Nazi.”
“Apakah Anda serius akan terus bertanya kepada saya tentang warga sipil Palestina? Apa yang salah denganmu? Apakah kamu tidak melihat apa yang terjadi? Kami memerangi Nazi,” teriak mantan perdana menteri itu.
“Anda sungguh memalukan,” lanjut Bennett, menyela dan menuduh pembawa acara tersebut “memutar narasi” demi kepentingan Palestina.
Komentar-Komentar Destruktif
Beberapa hari setelah omelan Bennett, Presiden Israel, Isaac Herzog menyatakan dalam konferensi pers kalau tidak ada warga sipil yang tidak bersalah di Gaza.
“Semua bangsa di luar sanalah yang bertanggung jawab… Tidak benar retorika mengenai warga sipil yang tidak sadar, tidak terlibat. Itu sama sekali tidak benar. Mereka bisa saja bangkit. Mereka bisa saja berperang melawan rezim jahat (Hamas) yang mengambil alih Gaza melalui kudeta,” klaim Herzog tentang 2,3 juta warga Palestina – setengahnya adalah anak-anak – yang hidup di bawah blokade militer dan terus-menerus menjadi sasaran serangan udara Israel.
Walaupun hukum internasional sudah jelas kalau pihak yang berperang yang tidak bisa membedakan antara kombatan dan warga sipil adalah pelaku kejahatan perang, namun para pejabat Israel tampaknya menonjolkan narasi kalau seluruh penduduk Gaza adalah “teroris” atau “Nazi.”
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pekan lalu malah melangkah lebih jauh dengan mengatakan kalau warga Gaza adalah “animal human” yang harus dibasmi.
Komentar destruktif lain, datang dari Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir mengatakan kalau Gaza tidak membutuhkan bantuan kemanusiaan, hanya perlu “berton-ton bom.”
Komentar Ben Gvir muncul beberapa jam setelah sebuah jet Israel diduga mengebom Rumah Sakit Baptis di Kota Gaza, menewaskan ratusan warga sipil yang terluka, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Sumber: tribun