Butet Sedih Gibran Jadi Cawapres Prabowo: Ini Awal Bencana Moral

Butet Sedih Gibran Jadi Cawapres Prabowo: Ini Awal Bencana Moral

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Budayawan Butet Kartaredjasa mengaku sangat sedih dengan kondisi poltik terkini, terutama terkait dengan sikap Presiden Joko Widodo.

Menurutnya, Presiden Jokowi sudah tidak seperti dulu lagi. Dia berharap, Jokowi kembali ke trek sebelumnya mumpung masih ada waktu beberapa bulan lagi sebelum masa jabatannya habis.

Hal tersebut disampaikan Butet melalui surat pribadi kepada Presiden Joko Widodo.

Dalam video yang beredar luas melalui berbagai platform media sosial, Butet menyebut surat itu dititipkan kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Surat itu sebenarnya hanya dibagikan secara terbatas, namun akhirnya beredar luas.

Butet mengaku menangis melihat permainan Presiden, termasuk menyetujui Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Tanpa bermaksud menggurui, dalam suratnya, Butet yang mengaku sedih hanya ingin mengingatkan Presiden Jokowi selagi masih ada kesempatan.

Seniman asal Yogyakarta ini mengawali surat tersebut dengan keresahannya setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan sebagian gugatan uji materi soal usia calon presiden dan calon presiden yang membuat Gibran Rakabuming Raka berpotensi maju dalam Pilpres 2024.

Menurut Butet, jika Gibran melenggang menjadi calon wakil presiden dan berpasangan dengan Prabowo Subianto, maka disebutnya sebagai awal mula bencana moral.

"Rakyat Indonesia bukan orang bodoh yang tak bisa membaca peristiwa. Rakyat punya kecerdasan 'membaca' yang tersembunyi di balik semua itu," kata Butet dalam surat pribadi untuk Presiden Jokowi, yang sudah dizinkan untuk dikutip Kompas.com pada Sabtu (21/10/2023).

Putra dari seniman top Bagong Kussudiardjo ini kemudian mengatakan, ia tidak ingin warisan (legacy) yang dibawa Presiden Jokowi akan rontok karena adanya fenomena ini.

Melalui surat tersebut, Butet juga terus mengungkapkan harapannya akan sosok pemimpin ideal yang dinilai hampir dipenuhi oleh Jokowi.

Apalagi, ia mengatakan, bersama kawan-kawan telah berjuang sejak tahun 1998 untuk melahirkan seorang presiden yang pantas dijadikan tauladan yang baik di Indonesia, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarah.

"Saya sungguh tidak ingin legacy njenengan sebagai 'role model' pemimpin yang baik akan rontok.

Sejak 1998, kami berjuang untuk lahirnya seorang presiden yang pantas dihadikan contoh, barometer, tauladan, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya," ujar Butet.

"Sekarang kami sudah memiliki, yaitu njenengan (Pak Jokowi). Tinggal setahun lagi njenengan bekerja seperti kemarin-kemarin, kebanggaan itu akan abadi," katanya lagi.

Oleh karenanya, secercah harapan harapan diselipkannya melalui surat tersebut agar Jokowi lebih peka tanpa ingin mendikte keputusan seorang presiden.

Butet percaya bahwa Jokowi memiliki pemikiran dan insting yang tajam, yang akhirnya bisa memberikan yang terbaik untuk memenuhi harapan semua pihak yang bekerja di ranah kebudayaan.

"Dari tempat kami bekerja, saya hanya bisa mengingatkan selagi kesempatan itu masih ada. Saya tidak berpartai, tidak punya power apa pun, kecuali dengan ikhlas membantu njenengan (dari jauh) demi kebaikan bersama. Bantuan yang hari ini bisa saya berikan yaitu ngelingke (mengingatkan)," kata Butet.

Menutup surat pribadinya, Butet Kartaredjasa menyelipkan peribahasa Jawa, yang pada intinya mengingatkan soal asal manusia dan ke mana manusia itu akan kembali nantinya.

Sebab, manusia itu memang kerap lupa. "Eling sangkan paraning dumadi. Selalu waspada bahwa melik kuwi nggendong lali," tulis Butet Kartaredjasa.

Sumber: wartakota
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita