GELORA.CO - Dua orang kiai kharismatik ternyata sudah mendapat pesan dari langit mengenai pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Dua kiai tersebut ialah kiai Kholil As’ad Samsul asal Situbondo, Jawa Timur, dan kiai Muhammad Thoifur Mawardi asal Purworejo, Jawa Tengah.
Kisah dua kiai ini mendapat pesan langit mengenai pasangan Anies Baswedan-Cak Imin diceritakan Cak Imin di program Mata Najwa.
Sebelumnya dalam pidato deklarasi dirinya berpasangan dengan Anies Baswedan, Cak Imin mengatakan, di tahun 2021 dipanggil Al Mukarom Romo Kiai Kholil di Situbondo. Kiai Kholil menyampaikan bahwa Cak Imin harus berpasangan dengan Anies Baswedan.
"Saya tidak berani menolak tetapi saya juga tidak berani menjawab iya tapi saya masukkan di dalam batin saya sambil jalan saya berbunyi begini Lho lho gak bahaya Pak," ujar Cak Imin ketika pidato.
Di program Mata Najwa, Cak Imin mengatakan sebetulnya ada makna di balik perintah Kiai Kholil tersebut.
"Kiai Kholil ini memerintah berdasarkan keyakinan langit, kira-kira begitu. Saya ga berani menolak karena beliau itu selalu langit," kata Cak Imin.
Kisah selanjutnya adalah ketika Cak Imin menunaikan ibadah haji tahun 2023 ini. Ia dipanggil Kiai Thoifur ke hotelnya di Arab Saudi.
"Beliau itu tiba-tiba bilang 'Muhaimin saya sudah istikaharah, jodohmu itu Anies'. Kita anggap itu masukan," ujar Cak Imin.
Anies pun mengalami hal yang sama. Jelang deklarasi bersama Cak Imin, Anies ditemui Gus Munif dari Pasuruan. Kepada Anies, Gus Munif menyampaikan pesan dari Kiai Thoifur agar Anies berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.
Cak Imin mengatakan, tidak pernah bertemua Kiai Thoifur sebelumnya. Ia hanya bertemu saat haji tersebut. Menurut Cak Imin, Kiai Thoifur terkenal sebagai ahli istikarah.
"Beliau terkenal ahli istikharah dan kalau istikarah biasanya kalau muncul nabi menemui dan seterusnya," ujar Cak Imin.
Lalu siapakah Kholil As’ad Samsul dan Muhammad Thoifur Mawardi Purworejo?
1. Kiai Kholil As'ad
Kiai Kholil bernama Muhammad Kholil. Nama ini didapat dari Syeikh Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan.
Kiai Kholil merupakan anak dari pasangan suami istri yakni KH. Raden As’ad Syamsul Arifin, salah satu pendiri NU, Dan Ibu Nyai Hj. Zainab.
Kiai Kholil pernah menimba ilmu dari Syeikh Ismail Alyamani Almakki di Mekkah. Dia merupakan pendiri Pondok Pesantren Wali Songo di Situbondo, Jawa Timur.
Dikutip dari laduni.id, Kiai Kholil dikenal memiliki metode dakwah yang unik yaitu menggunakan sarana sabung ayam.
Dalam metode sabung ayam ini, Kiai Kholil membuat perjanjian di awal. Apabila ayam miliknya kalah maka pemenang dan pendukungnya boleh meminta hadiah apa pun.
Sedangkan jika ayam Kiai Kholil menang maka pemenang dan pendukungnya harus mengikuti seluruh kemauannya.
Kiai Kholil hanya meminta yang kalah untuk salat sebanyak sepuluh kali salam.
2. Kiai Thoifur
KH Muhammad Thoifur Mawardi lahir pada 8 Agustus 1955 dari pasangan KH.R Mawardi, Dzuriyah KH.R Imam Maghfuro (R. Hasan Benawi).
Kiai Thoifur menuntut ilmu di sejumlah tempat seperti di Pondok Sugihan Kajoran Magelang, Pondok Lasem Rembang dan di tempat Assayyid Muhammad bin ‘Alawi Almaliki Alhasani.
Kiai Thoifur adalah pendiri dan pengasuh di Pesantren Darut Tauhid 8 Kemiri. Ia memiliki julukan ahli mimpi bertemu Rasulullah.
Kiai Thoifur adalah penemu Sumur Thoifur di Ma’had Rushaifah, Mekkah. Sumur yang saat itu menjadi sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari para santri ma’had.
Ditemukannya sumur ini bermula ketika Kiai Thoifur Mawardi masih menimba ilmu di Ma’had Rushaifah. Saat itu sangat sulit mendapatkan air bersih.
Kiai Thoifur lalu melakukan salat istikarah untuk mencari sumber air. Pada suatu hari, Kiai Thoifur bermimpi melihat sumur di dekat ma’had.
Kiai Thoifur Mawardi lalu menimba air di sumur tersebut. Saat menimba beliau merasakan tali yang ditariknya sangat berat, hingga nampaklah sosok Nabi Muhammad SAW.
Kiai Thoifur lalu menyampaikan mimpi ke sang guru, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Sayyid lalu memerintahkan untuk menggali sesuai petunjuk dari mimpi Kiai Thoifur.
Belum sampai dua meter, keluarlah air dari dalam sumur itu. Sumur itu masih digunakan hingga kini untuk para santri di ma'had Rushaifah.
Sumber: suara