GELORA.CO - Tomi winata merupakan salah satu sosok penguasa ekonomi di Indonesia. Profil Tomi Winata, kekayaan dan bisnis menjadi sesuatu yang diperhatikan oleh banyak orang.
Ketika membicarakan Teluk Benoa, nama Tomi Winata, pemimpin PT. Tirta Wahana Bali International (TWBI) akan otomatis tersangkut. Perusahaan tersebut mengerjakan proyek reklamasi Nusa Benoa seluas 700 hektar senilai US$3 miliar.
Tomi Winata diketahui merupakan satu dari sekian pengusaha yang mendukung capres Jokowi pada Pilpres 2019 silam.
Profil, Kekayaan, dan Bisnis Tomi Winata
Berbicara profil Tomi Winata, takkan terlepas dari serangkaian bisnisnya. Tomi Winata dikenal luas sebagai seorang ahli keuangan dan properti. Ia juga merupakan pemilik Artha Graha Group. Sektor Artha Graha Group berkisar dari properti, perhotelan, perbankan dan agrobisnis.
Pada tahun 1988, Winata memulai Artha Graha Group bersama dengan Yayasan Kartika Eka Paksi dengan pembelian dan revitalisasi Bank Propelat, yang kemudian berganti nama menjadi Bank Artha Graha.
Tomi Winata juga diketahui sebagai pemilik Sudirman Central Business District (SCBD) di Jakarta, serta sejumlah besar bangunan besar dan proyek infrastruktur di Indonesia.
Keahliannya di bidang keuangan membuat Tomi Winata dikenal sebagai salah satu taipan Indonesia yang paling kuat, kontroversial dan penuh teka-teki. Dia disebut-sebut seabgai seorang pria yang oleh segelintir orang Indonesia dipanggil TW (diucapkan Tay Way).
Ia berhasil menciptakan kekayaan mega, jutaan dolar di bidang properti, perbankan dan konstruksi dan secara luas dilaporkan di media-media Indonesia bahwa dia memiliki hubungan dengan elit politik dan militer yang sangat erat.
Perjalanan bisnis Tomi Winata
Pada tahun 1997, Winata bekerja dengan Bank Indonesia dalam rangka membantu menghidupkan kembali Bank Arta Pusara yang 'sakit', yang kemudian berganti nama menjadi Bank Arta Pratama. Pada tahun 2003, ia mengambil alih Bank Inter-Pacific.
Sejalan dengan kecakapan keuangannya, Winata terus memperluas bisnisnya di bidang properti dengan Jakarta International Hotels and Development, Hotel Borobudur dan Danayasa Arhatama, yang berubah menjadi pengembang Sudirman Central Business District.
Tomi winata juga merupakan tokoh kunci dalam menghidupkan kembali rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda, yang direncanakan untuk menghubungkan pulau-pulau besar Indonesia Sumatera dan Jawa.
Kontroversi bisnis Tomi Winata
Pada tahun 2011, kedutaan AS mengungkapkan bahwa Winata telah menggunakan aliansi politik untuk memajukan kepentingan bisnisnya. Klaim tersebut memicu badai diplomatik yang menimpa eselon tertinggi Indonesia. Informasi tersebut meluncur ke publik dari tahun 2006 dan ramai hingga tahun 2011.
Disebutkan bahwa Tomi Winata telah menggunakan perantara untuk 'menyampaikan' dana kepada presiden saat itu dan juga pensiunan jenderal angkatan darat, Susilo Bambang Yudhoyono. Tak hanya itu, beredar isu bahwa Tomi Winata juga mendanai kampanye pemilihan presiden 2004. Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Tomi Winata dengan keras menolak klaim tersebut.
Sumber: suara