GELORA.CO -Partai Demokrat disinyalir akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju setelah ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), batal digandeng sebagai bacawapres Anies Baswedan.
Bahkan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku siap turun gunung membantu pemenangan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Usai keputusan itu diambil, AHY juga disebut-sebut mengirim pesan berpamitan kepada Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani. Sikap AHY ini pun belakangan menuai pro dan kontra.
Salah satu yang turut membahasnya adalah loyalis Ganjar Pranowo, Jhon Sitorus. Lewat akun Twitter-nya @miduk17, Jhon meyakini bahwa AHY sebenarnya lebih ingin bergabung dengan koalisi Ganjar.
"Hati AHY sebenarnya ingin bersama Ganjar Pranowo. Tetapi karena demi NAFSU POLITIK sah Pepo, maka AHY DICELUPKAN lagi ke kolam yang sama," cuit Jhon, dikutip pada Rabu (20/9/2023).
Jhon sendiri tampaknya tidak habis pikir dengan sikap SBY tersebut sebab Partai Demokrat seolah tidak belajar dari pengalaman mereka bergabung dengan koalisi Prabowo tahun 2019 silam.
"Kejadian 2019 akan kembali terulang. Ada atau tidak, tak dianggap perannya oleh Prabowo. Bahkan kursi menteri di acara presiden-presidenan pun ga dapat jatah. Demokrat tak bisa belajar dari masa lalunya," tulis Jhon.
Karena itulah, Jhon menyimpulkan bahwa kebijakan Partai Demokrat merapat ke Prabowo adalah keputusan SBY semata-mata meskipun sekarang AHY lah yang menjadi ketum.
Bahkan dengan pedas Jhon menyebut AHY sebagai ketum pajangan saja lantaran tidak bisa menahkodai partainya dengan baik.
"Demokrat punya ketua umum, tapi keputusan strategis masih harus diputuskan sang Ayahanda. Partai ini sempat besar, tapi KERDIL karena Ketua Umum hanyalah PAJANGAN di etalase Lobby Demokrat," tandas Jhon.
Di sisi lain, sejumlah analis politik juga ikut mengomentari bergabungnya Partai Demokrat dengan koalisi Prabowo. Banyak yang meyakini hal ini terkait perang dingin SBY dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang tak kunjung menemukan titik terang.
Sumber: suara