Rintihan Anak Rempang: Orang Tua Kami Mau Kerja Apa Pak? Ini Kata Rocky Gerung

Rintihan Anak Rempang: Orang Tua Kami Mau Kerja Apa Pak? Ini Kata Rocky Gerung

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kepiluan masih mengisi suasana hati sebagian warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Hal ini tak lain lantaran adanya konflik relokasi, yang disebabkan adanya Proyek Strategi  Nasional, yakni Proyek Rempang Eco City.  
Kepiluan itu diutarakan melalui suara-suara Warga Rempang ke pada aparat yang mendatangi kediaman mereka. 

Hal itu, terlihat dari potongan video yang ditayangkan oleh kanal YouTube Rocky Gerung (RG) Official.  "Orang tua kami mau kerja apa pak? kalau misalnya direlokasi pak... Kami masih sekolah loh pak.. Masih jauh lagi pendidikan kami pak. 

Orang tua kami mau biayain kami pakai apa pak? pakai daun?" ujar salah seorang anak perempuan sambi merengek dan merekam video aparat yang sedang mendatangi rumahnya, seperti dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Rabu (20/9/2023).  

Berdasarkan pantauan tvOnenews, beberapa aparat dan petugas lainya mendatangi rumah warga yang berada di pesisir pantai di Pulau Rempang. Mereka datang sambil memegang dokumen dan mencoba memberikan pengarahan kepada sang pemilik rumah yang terkena relokasi. 

 Aparat yang datang itu pun disambut dengan suara-suara pilu hingga tangisan sang pemilik rumah dan anaknya.  

"Kita sama-sama Indonesia pak... Semoga bapak sabar merelokasi kami pak. Kami tidak tahu lagi pak, kami pun tak tahu hukum pak. Kami tahu, kami mintalah bapak-bapak pulang dari sini. 

Kan ada atasnya yang nurut," ujar seorang ibu-ibu yang diduga pemilik rumah dan sebagai warga Pulau Rempang, saat diberikan pengarahan oleh petugas dan aparat yabg diutus pemerintah.  

"Ya kami minta bapak baliklah dari sini," ujar ibu yang menegakan hijab kepada aparat.  "Kalau kami pun tak resmi tinggal di sini, kami pergi pak, walaupun ini kampun halaman kami pak. 

Tolonlah pak, jangan seperti ini. Kasihani la kami pak," kata seorang ibu sambil menangis kepada aparat. Tak hanya itu, Ibu tersebut itu pun meminta bantuan kepada aparat yang diutus pemerintah agar mengerti kondisi mereka.  Bahkan, Ibu-ibu tersebut pun menceritakan kondisi salah satu anggota keluarganya yang sedang sakit.  

Sementara para petugas yang mendatangi rumah mereka, terlihat sangat santun dan tak bisa berkata-kata apalagi karena disambut oleh tangisan warga Pulau Rempang itu.  

Sontak hal itu pun menuai reaksi Rocky Gerung dalam bentuk komentar. Dia katakan, dirinya sangat mengerti situasi aparat yang berada di depan warga Pulau Rempang. 

 "Itu selalu ada psikologi prima facie, artinya tatapan mata itu, bisa meluluhkan kemarahan orang. Dan, saya mengerti polisi mulai luluh karena kenapa kekerasan selalu diperintahkan untuk menghadapi kekerasan," ujar Rocky Gerung seperti dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Rabu (20/9/2023).  

Bahkan, akhirnya lanjut Rocky, polisi itu pada video terakhir mereka (Polisi) yang bertekuk di hadapan warga Pulau Rempang. 

Namun mereka masih juga dihajar oleh warga Rempang yang demo.  "Tetapi itulah psikologinya, kalau mereka (polisi) marah atau diperintahkan ngamuk itu, akan berantakan semua itu," ujarnya. 

"Jadi, kita melihat mata orang itu atau mata manusia itu bisa memberitakan pendiritaan dia, yang biasa disebut misteri, bukan rasa sakit dipukuli, tetapi rasa sakit dikhianati dan ditelantarkan. Itu yang terutama pada ibu-ibu atau pada emak-emak," pungkas Rocky Gerung.  

Sementara, Rocky Gerung katakan jiak laki-laki itu bisa merasakan sakit sebagai fisik. Tetapi laki-laki tidak mengalami misteri penyakit batin.  "Mungkin, mereka akhirnya mau lenyap jiwa tak ada soal. 

Karena bagi emak-emak itu anak mereka itu adalah taruhan mereka. Demikian juga anak-anak itu menganggap Ibu-ibu adalah gantungan nafas mereka sehari-hari," ungkap Rocky Gerung.  

Jadi, kata Rocky Gerung, lihatlah keadaan disebut fatalitas, yang mengarah kepada kepasrahan, Namun, kepasrahan itu belum muncul, maka orang akan bangkit untuk marah besar-besaran. "Uda ada perjanjian psikologi bahwa, sebelum api itu padam, dia akan membakar banyak hal. 

Demikian juga manusia, jadi bagi mereka taruhan hidup itu jauh lebih penting daripada janji-janji adanya lapangan kereja, menguntungkan Indonesia," kata Rocky Gerung. 

"Tapi, mereka nggak tahu diuntungkan itu hanya tiga atau empat orang yang di dalam struktur piramida sosial kita di puncak elite. Di mana itu menguasai seper empat atau separuh pendapatan nasional kan?" pungkasnya. 

Lanjut Rocky Gerung jelaskan, bahwa janji pemerintah  proyek ini akan menyidiakan lapangan kerja tak akan mampu menggantikan visi tentang kehidupan. 

"Mereka (warga Rempang) ditrain dulu untuk tabah di tengah gelombang, dilatih untuk sabar memancing. Itu tak akan diperoleh di rumah susun, dan komunitas itu hilang pada akhirnya. Jadi hilangnya komunitas, hilangnya harga diri," kata Rocky Gerung.

Sumber: tvOne
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita