GELORA.CO -Pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang mengaku memiliki data internal partai politik dari sejumlah lembaga intelijen menuai kontroversi.
Ada banyak orang yang kemudian menuding Jokowi betul-betul ikut campur dalam Pilpres 2024 mendatang, seperti yang dituduhkan oleh beberapa pihak sebelumnya.
"Saya tahu dalamnya partai seperti apa, saya tahu. Partai-partai seperti apa, saya tahu. Inginnya mereka menuju ke mana, saya juga ngerti," ujar Jokowi saat menghadiri Rapat Kerja Nasional Relawan Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi di Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (16/9/2023).
"Informasi yang saya terima komplit. Dari intelijen saya ada, BIN. Dari intelijen di Polri ada. Dari intelijen di TNI saya punya, BAIS, dan informasi-informasi di luar itu," sambungnya.
Merespons ramainya pro dan kontra pernyataan Jokowi soal data jeroan parpol, salah satu politisi PDI Perjungan Deddy Sitorus buka suara. Ia mengaku tak mengetahui konteks terkait hal yang dibicarakan oleh Jokowi. Pasalnya dirinya hanya mendengar sepenggal pernyataan dari orang nomor 1 RI tersebut.
"Saya nggak ngerti konteksnya, karena pidatonya tidak utuh saya dengar," ujar Deddy dikutip dari unggahan kanal YouTube KOMPASTV pada Selasa (19/9/2023).
Meskipun mengaku tak mengetahui konteks dari omongan Jokowi, Deddy menilai jika pernyataan Jokowi yang mengklaim memiliki sejumlah data parpol dari intelijen tersebut bisa menjadi hal yang negatif.
"Bagi kami pernyataan itu, bahwa presiden mendapatkan informasi dari institusi intelijen yang berada di bawah kendali negara, di bawah kendali presiden tentang jeroannya partai politik, menurut saya itu negatif," tutur Deddy.
"Menurut kami itu tidak baik dalam rangka penguatan masyarakat sipil. Ini sangat berbahaya," imbuhnya.
Kendati demikian, Deddy juga turut menyinggung soal partai-partai genit yang sering kali mendekati Jokowi untuk meraup elektabilitas.
"Kecuali itu tadi, partai-partai memang genit. Numpangin presiden, jadi benalu biar bisa besar dikit," jelas Deddy.
Lebih lanjut, Deddy mengujarkan bahwa pernyataan Jokowi tak pernah dilakukan secara spontan.
"Dalam soal konteks komunikasi politik, presiden itu tidak pernah spontan ya, kalau menurut saya. Presiden itu kalau bicara selalu terukur, itu sangat jelas," pungkasnya.
Sumber: suara