Kemarahan SBY dan Jebakan Batman untuk Anies – Cak Imin?

Kemarahan SBY dan Jebakan Batman untuk Anies – Cak Imin?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


Manuver politik acapkali tidak dinilai semata dari saat manuver itu dibuat. Lebih sering manuver politik dinilai dari hasil akhir manuver itu. Jika menang, langkah mereka akan dijadikan standar berpolitik praktis. “Tak apa menelikung teman sendiri. Yang penting menang dulu.” Jika kalah, komen sebaliknya yang diterima. “Anies dan Surya Paloh masuk dalam jebakan Batman. “

Oleh : Denny JA

Publik kini mengerti, mengapa banyak sekali terpasang baliho gambar Anies Baswedan dan AHY di jalan- jalan. Rupanya karena sudah ada kesepakatan dari Anies melamar AHY sebagai cawapresnya.

Surat tertulis tangan Anies Baswedan yang meminta AHY menjadi cawapresnya kini beredar luas. Menurut demokrat, surat itu diterima 25 Agustus 2023 lalu, masih hangat, tintanya belum terlalu kering.

Eh…, belum seminggu surat itu diterima, Demokrat mengaku menerima kabar Anies Baswedan dan Cak Imin akan berpasangan dalam poros partai Nasdem-PKB, yang mungkin juga PKS.

Selaku pimpinan Majelis Tinggi Partai Demokrat, mantan presiden dua periode SBY sendiri mengumumkan ke publik, kekecewaannya pada Anies Baswedan. “Jika sekarang saja sudah tak jujur, tak amanah, bagaimana jika nanti berkuasa?”

Serangan dengan basis moral SBY pada Anies Baswedan (dan Surya Paloh) itu akan abadi tercatat di internet. Akan abadi pula serangan itu menempel pada karir politik Anies Baswedan (dan Surya Paloh) selanjutnya.

Mengapa Anies Baswedan mengambil langkah itu? Mengapa Surya Paloh tak mendiskusikan dulu paket Anies-Cak Imin dengan rekan partai yang setia sejak awal bergerak bersama?

Manuver politik acapkali tidak dinilai semata dari saat manuver itu dibuat. Lebih sering manuver politik dinilai dari hasil akhir manuver itu.

Jika hasil akhir dari tikungan tajam Anies-Cak Imin menang di pilpres 2024, penilaian atas manuver mereka menggembirakan. “Lihatlah langkah out of the box Anies, Surya Paloh, Cak Imin! Mereka jenius. Berani ambil risiko. Kini mereka menjadi presiden dan wakil presiden. Surya Paloh King Maker Sejati!”.

Tapi jika mereka kalah, penilaian sebaliknya yang akan diterima. “Inilah contoh, jika kita berkhianat dengan kesepakatan. Kita memang bisa menelikung dari partner kita. Tapi rakyat banyak tak bisa ditipu. Mereka marah. Tuh, lihat hasilnya.”

Jika menang, langkah mereka akan dijadikan standar berpolitik praktis. “Tak apa menelikung teman sendiri. Yang penting menang dulu.”

Jika kalah, komen sebaliknya yang diterima. “Anies dan Surya Paloh masuk dalam jebakan Batman.“

Kasus Cak Imin di KPK atau Kejagung mungkin saja akan diangkat kembali. Walaupun lolos, tak berujung penjara, berita intensif kasus Cak Imin dipanggil KPK atau Kejagung akan menjadi beban elektabilitas Anies Baswedan.

Apapun yang terjadi, publik semakin menyaksikan. Pada akhirnya, semangat restorasi yang dibawa Nasdem, atau isu perubahan, pembaharuan, intelektualitas yang ditempelkan ke Anies dikalahkan oleh hukum besi politik.

Aneka jargon soal kebaruan itu berakhir sebagai politics as usual. Ujungnya, semua adalah sama, adalah politisi, sebagaimana layaknya politisi sejak dahulu kala. Dalam politik, tak ada teman atau musuh abadi. Yang abadi adalah kepentingan!

Demikianlah kita menyaksikan. Dalam politik praktis, seringkali terjadi akrobat dan langkah tak terduga. Apalagi dalam politik Indonesia.

Pun kita menyaksikan, dalam politik praktis, berbeda antara apa yang dikatakan di ruang tamu dan apa yang terjadi di kamar tidur.

Di ruang tamu dikatakan, “Anies Baswedan diberi kekuasaan penuh menentukan cawapres sendiri.” Di kamar tidur yang sebenarnya terjadi, “Surya Paloh yang lebih menentukan.”

Hingga tutup pendaftaran Pilpres November 2023 nanti, aneka drama masih mungkin terjadi.

*) Denny JA (Intelektual Politik dan Pelopor Lembaga Survei di Indonesia)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita