GELORA.CO - Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso mengecam bentrok antara aparat kepolisian dengan warga di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
Sugeng menganggap bentrokan ini menunjukan aparat kepolisian berpihak kepada pengusaha alih-alih terhadap warga.
"Melihat fenomena kepolisian di Rempang, peristiwa bentrok antara masyarakat Rempang Balang dari 16 kelompok masyarakat dengan aparat, IPW merasa miris."
"Ini menunjukkan polisi berpihak kepada pihak pengusaha. Polisi akan mendapatkan penilaian buruk oleh masyarakat bahwa polisi hanya berpihak kepada pemodal dan pengusaha, apalagi kemudian timbul korban dari anak-anak sekolah yang terkena gas air mata karena upaya pemaksaan secara fisik dengan menembakan gas air mata ke arah massa," katanya saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (8/9/2023).
Sugeng juga menyoroti terkait adanya korban anak-anak akibat gas air mata yang ditembakkan ke arah massa.
Dirinya meminta agar Polres Barelang bertanggung jawab atas jatuhnya korban anak-anak tersebut.
"Karena apapun namanya anak-anak sekolah yang ada di sekolah adalah korban dari tindakan represif polisi dalam mengamankan unjuk rasa masyarakat terkait dengan pematokan di Rempang Balang," ujarnya.
Sugeng mengatakan penembakan gas air mata oleh polisi sehingga anak-anak menjadi korban adalah wujud penganiayaan.
Sehingga, sambungnya, hal ini bukan merupakan ekses biasa atau kejadian biasa.
Di sisi lain, Sugeng melihat pengamanan oleh aparat kepolisian terkait unjuk rasa warga Rempang semata-mata hanya untuk upaya penghalauan semata alih-alih sebagai upaya preventif.
Selain itu, Sugeng turut menyoroti tidak adanya deteksi dini lewat intelijen dari Polres Barelang terkait lokasi unjuk rasa yang nyatanya dekat dengan sekolah sehingga mengakibatkan jatuhnya korban anak-anak.
"Di lain pihak harus dikatakan bahwa upaya pengamanan terhadap aksi penolakan pemasangan patok ini, dilakukan polisi, semata-mata bertujuan hanya untuk menghalau.
"Tidak ada upaya-upaya deteksi dini ataupun upaya preventif bahkan pendekatan intelijen bahwa di tempat demo tersebut ada sekolah menunjukkan lemahnya fungsi intelijen kepolisian di Polres Barelang," ujarnya.
IPW Desak Propram Polri Diterjunkan Buntut Ada Korban Anak-anak, Kapolres Barelang Dicopot
Sugeng pun mendesak agar diterjunkannya Propam Polri untuk menyelidiki aparat kepolisian yang menembakkan gas air mata dan berimbas jatuhnya korban anak-anak.
"IPW mendorong terkait jatuhnya korban anak-anak sekolah ini, Mabes Polri harus menurunkan Propam untuk memeriksa potensi kelalaian yang mengakibatkan korban anak akibat gas air mata," ujarnya.
Selain itu, Sugeng mengungkapkan pengerahan pengamanan oleh aparat kepolisian yang diminta oleh pihak swasta sudah menjadi catatan buruk.
Sehingga, dirinya meminta Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan atensi khusus.
"Tidak serta merta kemudian polisi main dengan cara represif untuk menekan kelompok-kelompok yang mempertahankan haknya," kata Sugeng.
Kemudian, Sugeng juga meminta agar Kapolres Barelang, Kombes Nugroho Tri N untuk dicopot buntut bentrok polisi dengan warga.
"Menurut saya, Kapolres Barelang itu harus dicopot, ya," tuturnya.
Kronologi
Sebagai informasi, kericuhan tak terhindarkan di Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau pada Kamis (7/9/2023).
Ricuh tersebut terjadi akibat warga menolak terkait pemasangan patok di Pulau Rempang.
Warga Rempang Galang memblokade jalan serta menghalangi masuknya aparat gabungan yang hendak memasang patok.
Gas air mata sebelumnya ditembakkan untuk membuat mundur massa yang menghalangi tim gabungan.
Kehadiran sejumlah aparat gabungan sontak disambut histeris sejumlah emak-emak di sana.
"Tolong pulang, Pak...Tolong sangat," ucap dua ibu sambil terisak, Kamis (7/9/2023).
Kondisi Jembatan IV Barelang Batam, Kepulauan Riau sebelumnya memanas.
Polisi terpaksa menembakkan gas air mata karena sejumlah warga Rempang mencoba melawan.
Terlihat ada juga personel Satpol PP Batam yang berjaga di sana.
Pelajar Kena Gas Air Mata
Sejumlah pelajar SMPN 22 Batam di Tanjung Kertang Rempang Cate masih bertahan di sekolah, Kamis (7/9/2023).
Mereka terdampak dari sikap tegas tim gabungan mengamankan lokasi Rempang untuk memasang patok.
Sejumlah pelajar juga ada yang terkena efek dari gas air mata yang ditembakan oleh aparat kepolisian.
Mereka dibawa menggunakan sepeda motor untuk mendapat perawatan medis menggunakan sepeda motor.
Tenaga pengajar di sana memilih untuk menahan sementara pelajar untuk tidak pulang terlebih dulu.
Sumber: tribunnews