Ganjar Muncul di Tayangan Azan TV, DEEP: Aturan KPU Absurd, Kontestan Sesuka Hati Curi Start!

Ganjar Muncul di Tayangan Azan TV, DEEP: Aturan KPU Absurd, Kontestan Sesuka Hati Curi Start!

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kemunculan bacapres dari PDIP Ganjar Pranowo dalam sebuah tayangan azan di televisi menuai banyak pro dan kontra.

Termasuk dari Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati.

Ia tampak mengecam dan menilai aturan kampanye yang absurd, sehingga kadidat capres-cawapres sesuka hati mencuri start kampanye.

Dilansir dari Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Neni Nur Hayati, Senin (11/9/2023).

Dalam keterangannnya, Neni meminta KPI dan Bawaslu menindak tegas dugaan pelanggaran tersebut.

"Meminta KPI dan Bawaslu melakukan tindakan tegas, serius serta tidak banyak bertele-tele," kata Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati, dalam keterangannya, Senin (11/9/2023).

"Karena kedua lembaga tersebut memiliki kewenangan untuk menindak potensi dugaan pelanggaran tersebut," tambahnya.

Meskipun di satu sisi Neni menduga hal itu sulit ditindak karena lemahnya regulasi pemilu antara sosialisasi dan kampanye, sehingga para kontestan mencuri start kampanye.

Dalam Pasal 79 PKPU 15 tahun 2023 tentang Kampanye Pemilihan Umum misalnya, diatur partai politik peserta pemilu dapat melakukan sosialisasi dan pendidikan politik di internal partai sebelum masa kampanye.

Aturan itu dinilai Neni tidak masuk akal sebab definisi antara sosialisasi dan kampanye menjadi kabur.

“Aturan kampanye yang absurd sehingga sulit membedakan antara sosialisasi dan kampanye," tuturnya.

Terlebih Neni juga melihat aturan sosialisasi hanya diatur untuk partai politik peserta pemilu sementara untuk para kontestan bacapres bacawapres tidak diatur.

Sehingga para peserta dalam prakteknya di lapangan pun menurut seolah-olah dapat bergerak sesuka hati tanpa ada pagar batasan.

"Sehingga saat ini seperti tarung bebas dan terjadi adanya ketidaksetaraan antar satu kandidat dengan kandidat lain. Para kontestan sesuka hati melakukan curi start kampanye” ungkap Neni.

Meski demikian, Neni berharap ada hasil kajian KPI dan Bawaslu yang progresif serta tidak tekstual agar tidak diikuti oleh kandidat lain.

Neni juga mendorong dan mengajak agar para kandidat lain dapat melakukan pengelolaan citra diri secara etis, bermoral dan beradab termasuk di media.

"Tidak melakukan sosialisasi politik primitif dan tampak dibuat-buat hanya untuk memperoleh simpati khalayak," tuturnya.

Sumber: tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita