Fahri Hamzah Respons Manuver Anies-Cak Imin dengan Potongan Rekaman Podcast di Akun Twitter

Fahri Hamzah Respons Manuver Anies-Cak Imin dengan Potongan Rekaman Podcast di Akun Twitter

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Kabar manuver Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar ke kandang NasDem membuat situasi politik semakin dinamis.

Koalisi Perubahan yang mulanya dibangun untuk mendukung Anies Baswedan pada Pilpres 2024 pun mengalami perpecahan, usai hengkangnya Partai Demokrat pada Jumat (1/9/2023) malam.

Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Fahri Hamzah pun meresponsnya dengan mengunggah kembali isi pembicaraanya di salah satu podcast di akun Twitter-nya.

"Semua partai politik misalnya besok tanda tangan menyepakati dua-lah kandidat yang akan disahkan. Negara tidak punya cara untuk mengakui kandidat-kandidat itu, tidak ada caranya," katanya dalam tayangan video yang diunggah di akun Twitter @Fahrihamzah pada Jumat (1/9/2023).


"Dan mereka akan nego sampai detik terakhir," imbuhnya.

Fahri mengatakan, jangan pernah berpikir satu orang bisa menyelesaikan semua hal. Maka membangun kekuatan juga tidak boleh egois.


"Jangan pernah berpikir satu orang bisa mneyelesaikan semua hal, maka kita membangun kekuatan juga nggak usah egois."

Seolah-olah, kata dia, satu orang ditempatnya itulah yang paling penting. Ada banyak aktor dan faktor yang perlu dipertimbangkan, karena banyak hal yang tidak pasti.

"Seolah-olah stau orang ini ditempatnya itulah yang aling penting, tidak. Ada banyak aktor yang dipertimbangkan, ada banyak faktor yang harus difungsikan," kata Dia.


"Karena ada banyak yang tidak pasti, kalau begitu cara kita berpikir," lanjutnya.

Dalam rekaman tersebut, Fahri juga mewanti-wanti agar partai politik pengusung capres membuat strategi perjuangan yang lebih permanen, solid dan kuat. Mengingat partai-partai berkoalisi juga sebelumnya adalah musuh.

"Tapi saya ingin mewaniti-wanti temen-temen tolong bikin strategi perjuangan yang lebih permanen yang lebih solid dan yang lebih kuat," ujarnya.


"Bukankah partai-partai yang sekarang berkoalisi ini adalah partai-partai yang berkelahi selama ini, saling membunuh dan saling mentiadakan," lanjutnya.

Waketum Gelora itu mengemukakan kembali situasi politik yang terjadi pada masa Pilpres 2014.

Saat itu para tokoh-tokoh politik yang mendukung Prabowo, sekarang beralih mendukung Anies Baswedan.

"Waktu kita mendukung dengan Pak Prabowo kita berhadapan dengan Anies Baswedan. Ketika mendukung Prabowo pada gelombang pertama 2014, Anies Baswedan mendukung Pak Jokowi," ungkap Fahri.

"Sekarang temen-temen yang tadinya mendukung Pak Prabowo mendukung Anies Baswedan," imbuhnya.

Menurutnya, anomali-anomali seperti itu yang harus diletakan pada individu para calon presiden.

"Inikan anomali-anomali apabila kita letakan pada individu," katanya.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita