GELORA.CO - Terkait jembatan rel lengkung atau longspan LRT Jabodebek, Presiden Jokowi pasang badan. Dia berbeda pandangan dengan Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Saat menjajal LRT Jabodebek, Jokowi yang didampingi Menteri BUMN Erick Thohir (Etho), Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyebut proyek LRT Jabodebek adalah proyek perdana.
Jika memang ada yang salah, sebaiknya diperbaiki, bukan malah dibuat ‘gaduh’ di media. “Kalau ada yang perlu dievaluasi, perlu ada yang diperbaiki, ya kita perbaiki. Jangan senang mencari-cari kesalahan, karena kesalahan pasti ada, karena baru pertama kali,” ujar Jokowi usai menjajal LRT di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini, memastikan, perencanaan dan penghitungan dalam proyek LRT Jabodebek yang nilei investasinya hampir Rp30 triliun, pastilah sudah dilakukan. Namun, di lapangan, penyesuaian bisa saja dilakukan. “Semuanya pasti ada perencanaan, ada penghitungan tapi di lapangan kadang-kadang bisa ada adjustment, ada penyesuaian, saya kira itu biasa,” ujarnya.
Di tengah banyaknya suara miring dalam proyek yang konstruksinya digarap PT Adhi Karya (Persero) Tbk, sedangkan gerbongnya digarap PT INKA (Persero), Jokowi justru memberikan apresiasi. “Ini adalah produksi INKA, konstruksinya juga dikerjakan oleh kita sendiri semuanya oleh kita sendiri. Jadi kalau ada kurang-kurang harus kita maklumi tetapi perlu kita perbaiki,” ujarnya.
Sebelumnya, Wamen Tiko, sapaan akrab Kartiko Wirjoatmodjo membongkar ‘borok-borok’ proyek LRT Jabodebek. “Ini menarik. Ini salah satu proyek yang impossible mission juga. Ada namanya LRT Jabodebek, nanti 28 Agustus commercial operation date COD,” kata Tiko dalam acara InJourney Talks, Jakarta, Selasa (1/8/2023).
Menurut mantan Dirut Bank Mandiri ini, proyek milik Kementerian Perhubungan yang digarap PT Adhi Karya, proyek ini terkesan kuat tanpa perencanaan yang matang. “Ini project juga ‘salah kedaden’ (sesuatu yang salah terjadi) juga kalau bahasa orang Jawa. Kenapa, jadi dulu itu dengan berbagai macam teori bikin lah ini program kereta tanpa masinis,” kata Tiko.
Selanjutnya dia pun menjelaskan ada enam poin pentingmenyangkut proyek LRT Jabodebek. Pertama, prasarana LRT Jabodebek dibangun PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Sedangkan kereta digarap PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, persinyalan oleh PT LEN Industri (Persero), dan lain-lain.
Anehnya, kata Tiko, tidak ada sistem integrator dalam proyek ini. Padahal, LRT Jabodebek bukanlah proyek ecek-ecek. Seharusnya sistemnya terintegasi dengan baik. Bukan seperti saat ini, terkesan kuat semua komponen proyeknya berjalan sendiri-sendiri. “Jadi semua komponen project ini berjalan liar, tanpa ada integrator di tengah,” katanya.
Ketika menangani proyek ini, ia pun membuat project management office (PMO) untuk memastikan integrasinya tercipta. Ia pun kemudian mengungkap ‘borok’ proyek ini, salah satunya, pada longspan dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan. Menurutnya, konstruksi itu salah desain.
“Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya,” kata Tiko.
“Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget,” tambahnya.
Sumber: inilah