Terungkap! China Diam-diam Bangun Pangkalan Militer di 'Gerbang' Indonesia

Terungkap! China Diam-diam Bangun Pangkalan Militer di 'Gerbang' Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Berita mengejutkan datang dari wilayah Laut China Selatan (LCS) ketika China dilaporkan telah membangun pangkalan militer di gerbang perairan Indonesia. Keputusan ini merujuk pada wilayah Laut China Selatan yang kaya akan sumber daya alam dan letak strategisnya di utara Indonesia.

Foto-foto satelit yang diungkap oleh perusahaan pencitraan Bumi, Planet Labs PBC, telah mengungkap informasi penting mengenai pembangunan tersebut. Beberapa gambar menunjukkan bahwa sebuah landasan terbang berpanjang 600 meter (2.000 kaki) telah dibangun di Pulau Triton, yang terletak di Kepulauan Paracel, antara 12 Juli dan 15 Agustus.

Tindakan ini langsung menarik perhatian sejumlah pengamat dan ahli. Raymond Powell, seorang peneliti dari Gordian Knot Center for National Security Innovation di Stanford University, menilai bahwa citra satelit tersebut kemungkinan adalah gambaran dari pangkalan militer yang dirancang untuk menampung pesawat patroli dan drone. 

"Drone berukuran sedang dan pesawat turboprop berawak kecil dapat beroperasi dari pulau tersebut, yang akan membantu China dalam menguatkan klaim yurisdiksinya atas wilayah tersebut." katanya dikutip dari Radio Free Asia (RFA), Jumat (18/8/23).

LCS (Laut China Selatan), secara garis besar adalah jalur vital untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia yang melibatkan beberapa negara yang berbatasan dengan lautan tersebut, termasuk Indonesia, Brunei, Kamboja, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Lautan ini memiliki potensi kaya akan sumber daya alam, terutama minyak dan gas alam serta hasil tangkapan ikan. Namun, China telah lama bersikukuh dengan klaimnya atas 90% wilayah LCS melalui apa yang mereka sebut sebagai "sembilan garis putus-putus".

Konsep klaim tersebut membuat Beijing menguasai sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi) wilayah laut. Klaim ini telah menyebabkan meningkatnya ketegangan politik global dan memicu kemungkinan konflik terbuka terkait sengketa wilayah ini.

Kepulauan Paracel, yang dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Kepulauan Xisha, bukan hanya menjadi klaim milik China, tetapi juga menjadi objek perselisihan wilayah dengan Vietnam dan Taiwan.

Namun, sejak tahun 1974, Kepulauan Paracel telah sepenuhnya dikuasai oleh China setelah Angkatan Laut China berhasil mengalahkan Angkatan Laut Vietnam Selatan dalam sebuah konflik. Peristiwa tersebut melibatkan pertempuran laut singkat yang menewaskan lebih dari 50 pelaut Vietnam Selatan.

Powell menjelaskan, “Pulau Triton berlokasi paling dekat dengan wilayah Vietnam. Jika China memutuskan untuk secara permanen mendirikan pangkalan pesawat patroli di sana, ini akan membuat Vietnam sulit untuk mengimbanginya.”

Sebelumnya, aktivitas China di LCS telah menimbulkan ketegangan, terutama dengan Filipina. Pada 8 Agustus, pemerintah Filipina melaporkan insiden di mana penjaga pantai China diduga menembakkan meriam air ke kapal-kapal Filipina yang berpatroli di LCS.

Pemerintahan Ferdinand Marcos Jr (Bongbong Marcos) menyebut tindakan tersebut ilegal dan berbahaya. Insiden ini terjadi di Kepulauan Spratly, khususnya di Second Thomas Shoal, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari pulau Palawan di Filipina dan 1.000 kilometer dari pulau Hainan, daratan China terdekat.

Filipina melaporkan bahwa kapal penjaga pantai China secara teratur menghalangi dan mengintai kapal-kapal Filipina yang melakukan patroli di wilayah tersebut. Pemerintah Filipina mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan menyebabkan ketidakamanan bagi awak kapal penjaga pantai Filipina serta kapal pemasok.

Sumber: uwrite
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita