Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, RI Bisa Kena Kiamat Pangan

Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, RI Bisa Kena Kiamat Pangan

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membawa kabar buruk bagi Indonesia. Krisis pangan masih menghantui Indonesia di paruh kedua tahun ini.

Menurutnya, hal ini dipicu oleh fenomena el-nino ditambah dengan penangguhan Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiatives yang telah diumumkan Rusia pada Senin (17/7/2023) imbas dari tensi perang di Ukraina.

"Ini berarti pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip seperti 2022, ditambah dengan nanti el nino, ini menjadi sesuatu yang harus kita waspadai pada paruh kedua 2023 ini," kata Sri Mulyani dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal Kinerja Pengendalian Inflasi Daerah di Jakarta, dikutip Selasa (1/8/2023).

Masalah ini akan berpengaruh terhadap Indonesia karena bahan pangan Indonesia masih dipengaruhi oleh produk panganan yang termasuk dalam Black Sea Grain Initiatives, seperti gandung hingga biji bunga matahari.

Dengan demikian, dia memastikan berbagai komoditas yang terkait dengan perjanjian itu akan mengalami lonjakan harga seperti pada 2022, di antaranya yang paling terhubung dengan Indonesia adalah minyak mentah kelapa sawit atau CPO yang berimplikasi langsung ke harga minyak goreng.

"Tapi kalau sunflower enggak keluar dari Ukraina harga minyak goreng melonjak tinggi, makanya CPO kita pasti kena. Mengingatkan juga maka waktu itu krisis minyak goreng terjadi pada 2022 pada saat awal dari perang di Ukraina, ini yang saya sampaikan bahwa fenomena global akan mempengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia yang harus kita waspadai," papar Sri Mulyani.

Jika demikian, dia melihat persoalan inflasi di tingkat global belum akan berakhir, meski trennya sudah menuju pada normalisasi. Dengan belum pulihnya daya beli secara global itu, dia memastikan tren perdagangan global belum akan membaik.

"Jadi masalah inflasi belum selesai, kita lihat kalau inflasi tinggi akan sebabkan banyak komplikasinya inflasi menggerus daya beli masyarakat dan oleh karena itu sebabkan demand turun. Kalau permintaan turun, maka kegiatan produksi juga akan mulai menurun," ucapnya.

Bagi Indonesia, inflasi dan perkembangan ekonomi makro secara keseluruhan masih sangat baik. Hal ini ditandai dengan angka inflasi pada Juni 2023 yang terkendali di kisaran sasaran 3,5 persen secara tahunan dan pertumbuhan ekonomi masih di atas 5% atau tepatnya 5,03% pada kuartal I-2023.

"Karena kita tahu inflasi waktu itu berasal karena harga wheat gara-gara perang, karena distribusi tidak lancar, panen yang gagal, ada kondisi perdagangan dunia yang terdisrupsi, maka Indonesia kemudian mengatasi inflasi tidak hanya tergantung atau mengandalkan BI dengan menaikkan suku bunga tinggi," tegas Sri Mulyani.

Sumber: cnbc
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita