Pengamat: Fenomena Akal Sehat vs Akal Bulus, Mana yang Didukung Rakyat?

Pengamat: Fenomena Akal Sehat vs Akal Bulus, Mana yang Didukung Rakyat?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Dalam seminggu terakhir ini trending topik mengenai fenomena Rocky Gerung bergema ke seantero negeri jadi perbincangan hangat semua kalangan masyarakat Indonesia. Sebab fenomena Rocky Gerung ini menjadi oasis ditengah padang gurun pasir yang sangat tandus.

Pro-kontra di kalangan masyarakat Indonesia tak terhindarkan, akibat kritik pedas dan keras akademisi filsafat UI itu.

"Sebagian kelompok menilai pernyataan keras Rocky Gerung terhadap pemerintah sangat tepat dan mendapat apresiasi sebagai pengobat dahaga rakyat Indonesia ditengah kemiskinan rakyat yang semakin menjadi-jadi, harga kebutuhan pokok meroket," ujar Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen kepada awak media di Jakarta (07/08).

"Orang yang mau dan berani mengkritik kekuasaan seperti yang dilakukan Rocky Gerung sudah langka ditemukan di era kekinian, terkesan sungkan atau takut. Yang ada kelihatan pada takut atau tidak berani mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan kebutuhan atau kepentingan rakyat," imbuhnya.

"Banyak orang mendukung sikap berani Rocky Gerung atas berbagai kritik yang dilontarkan. Kritiknya itu sejatinya mewakili perasaan publik yang gundah-gulana, mental yang 'terjajah' oleh kekuasaan atau kebijakan pemerintah yang hanya pro segelintir 'penikmat dan penjilat' kekuasaan," jelas Silaen.

"Tagline akal sehat vs akal bulus bertarung diruang publik mana pilihan rakyat Indonesia? Kritik akal sehat Rocky Gerung bergema kencang merasuki sanubari rakyat yang merasa tertindas/ teraniaya oleh hegemoni kekuasaan pemerintah. Kritik Rocky Gerung tersebut menjadi pemantik bangkitnya semangat orang termarjinal atas 'penjajahan' yang dilakukan oleh pemimpin yang dipilih oleh rakyat sendiri. Pemerintah melakukan pembiaran terhadap praktek perilaku koruptif, penjarahan harta warisan bangsa yang hanya dinikmati segelintir atau kelompok orang," beber mantan fungsionaris DPP KNPI itu.

"Penguasa tutup mata melihat penghasilan rakyat yang pas-pasan semakin terpuruk jauh dari asupan gizi karena sudah tidak mampu beli. Beda dengan pejabat atau birokrat, apabila terjadi inflasi maka gaji birokrasi terkerek naik. Namun tidak demikian dengan rakyat kecil; buruh harian/ PHL," ungkap Silaen.

"Sementara pejabat dan oligarki politik berkolusi dengan leluasa menjual harta warisan bangsa Indonesia demi menumpuk kekayaan sampai berlimpah bahkan konon kabarnya tidak akan habis hingga tujuh turunan," sindir Silaen.

"Bagaimana dengan rakyat? Inilah kegetiran rakyat kecil (wong cilik) yang harus pasrah dengan kemiskinan terstruktur dan sistematis dilakukan oleh pejabat yang digaji dari keringat rakyat Indonesia. Sebab hampir semua pajak rakyat hanya dinikmati oleh segelintir orang yang duduk di singgasana kekuasaan, namun tidak memikirkan nasib rakyat," jelas Silaen.

"Kalaupun pejabat memikirkan rakyat Indonesia, itu hanya basa-basi ibarat lagu lama yang diputar kembali demi menyenangkan telinga rakyat. Tapi sesungguhnya yang dipikirkan pejabat  adalah bagaimana caranya memperkaya diri sendiri dan kroninya," kritik Silaen.

"Jadi yang menikmati 'daging'nya iya hanya seputar lingkaran itu-itu saja. Untung saja filsuf Rocky Gerung punya urat syaraf yang tidak takut lagi pada ancaman terhadap dirinya. Rocky Gerung pernah ucapkan bahwa laporan terhadap dirinya di kepolisian sudah mencapai 30an lebih. Namun tidak membuat dirinya takut, sebaliknya dia mirip seperti Socrates yang berjuang sendirian, ditengah gemerlapnya godaan duniawi," tandasnya. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita