Pendidikan Gagal Memanusiakan Manusia, Korupsi Terbesar Dilakukan Orang-Orang Berijazah

Pendidikan Gagal Memanusiakan Manusia, Korupsi Terbesar Dilakukan Orang-Orang Berijazah

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Puisi-puisi karya Prof Dr Abdul Hadi WM bergema di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Rabu 9 Agustus 2023. Menyentak. Indonesia ternyata masih berkutat pada krisis terbesar: krisis kemanusiaan.

Universitas Paramadina menyelenggarakan tasyakuran atas Anugerah Kepenyairan Adiluhung 2023 dari Yayasan Hari Puisi Indonesia untuk Prof Dr Abdul Hadi WM, sastrawan dan guru besar Universitas Paramadina 9 Agustus 2023.

Pada acara tersebut ditampilkan pembacaan puisi-puisi karya Abdul Hadi WM dan testimoni kiprah dan kontribusi Abdul Hadi WM dalam dinamika sastra dan tradisi intelektual di Indonesia yang bertempat di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina.

“Prof Dr Abdul Hadi WM telah menunjukkan kepeloporan dan warisan karya adiluhungnya. Generasi baru, murid-muridnya harus bisa menjejaki seperti Prof Abdul Hadi WM,” kata Prof Didik J Rachbini, rektor Universitas Paramadina dalam sambutannya.

Didik menegaskan, murid yang baik adalah yang lebih hebat dari gurunya.

Dr M Subhi-Ibrahim, ketua Prodi Magister Ilmu Agama Islam menyebutkan, Abdul Hadi WM adalah maestro puisi sufistik di Indonesia dan dunia. Dalam karya-karyanya, Abdul Hadi WM mengajak untuk mengalami pengalaman spiritual, ruhaniyah yang ia rasakan.

Subhi juga menjelaskan latar belakang diadakannya kegiatan ini. “Krisis terbesar bangsa adalah krisis kemanusiaan yang merupakan anak kandung dari terbengkalainya kebudayaan. Penyebabnya, pengabaian serius hal fundamental, yaitu pendidikan,” jelasnya.

“Sejatinya, pendidikan bertujuan pemanusiaan manusia dengan mengeluarkan potensi-potensi terbaiknya. Nyatanya, sistem pendidikan, di dalamnya lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi) diarahkan agar manusia menjadi manusia siap pakai bak ‘robot-robot’ tukang, penghamba uang, pengabdi kapital,” papar Subhi.

Hal ini mengakibatkan manusia ahli dalam keterampilan-keterampilan. Namun lemah dalam aktualisasi nilai kemanusiaan dan moralitas. Lahirlah, orang-orang bertitel, bersekolah tinggi tapi, hakikatnya, tak berpendidikan. Hanya menjadi orang terpelajar, tapi bukan orang terdidik. Fakta keseharian kita menunjukkan korupsi terbesar dilakukan orang-orang berijazah.

Ia menjelaskan bahwa pendidikan perlu menghidupkan “humaniora”, pemanusiaan manusia. Sastra, filsafat dipandang tak penting dalam pasar keseharian. Sastra dipinggirkan dan disingkirkan, hanya menjadi pelengkap kurikulum. Padahal, sastra mengajak manusia menghayati keindahan, nilai, dan mendengar pikiran jernih dan kebeningan nurani.

“Sastra menumbuhkan dan mengembangkan dimensi kemanusiaan paling esensial. Sastra memanusiakan manusia. Perlu ada oase-oase budaya yang menampilkan dan mengapresiasi puncak-puncak pencapaian dalam bidang humaniora, khususnya sastra,” bebernya.

Dalam sepatah katanya, Prof Abdul Hadi WM mengingatkan kita terlalu sering merujuk ke Barat. Termasuk dalam sastra. Padahal, Sastra Timur dan Islam tak kalah kaya dan dalam. Di Timur dan Islam, tradisi intelektual tersimpan dalam karya-karya sastra. Karena itu, penggalian pemikiran dan ide-ide hebat dimulai dari menengok khazanah sastra Timur dan sastra Islam sebagai warisan yang wajib dilanjutkan generasi baru.” (*)

Sumber: herald
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita