Menkes Kritik Penyemprotan untuk Kurangi Polusi: Partikel PM2,5 Beredar di Udara Atas, Bukan di Bawah

Menkes Kritik Penyemprotan untuk Kurangi Polusi: Partikel PM2,5 Beredar di Udara Atas, Bukan di Bawah

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin ikut menyoroti tindakan yang dilakukan sejumlah pihak untuk mengatasi polusi udara. Salah satunya yakni dengan penyemprotan jalan dengan air di beberapa wilayah.

Menurutnya, tindakan tersebut dinilai tidak efektif. Sebab, polusi yang ada di sejumlah daerah khususnya Jakarta, berada di udara, bukan di tanah.

“Partikel PM2,5 banyak beredar di udara atas, bukan di bawah..., Jadi sebenarnya kalau menyemprot harus di atas, bukan di bawah," ucap Menkes Budi dalam jumpa persnya, baru-baru ini.

Menkes Budi melanjutkan, penyemprotan jalan dengan air di sejumlah wilayah, seharusnya dilakukan secara merata. Sehingga, tidak hanya dibeberapa titik tertentu saja.

“Kegiatan penyemprotnya juga harus luas, karena kalau sedikit, itu hanya menggeser-geser saja, malah bisa menyebarkan pindah ke tempat lain," katanya.

Menkes Budi menjelaskan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi polusi udara ke dalam dua kelompok, yaitu gas dan partikel. Polusi udara yang dipicu gas bersumber dari nitrogen monoksida, sulfur monoksida, dan karbon monoksida.

Sementara itu, polusi udara yang disebabkan partikel, berasal dari PM2,5 dan PM10. 

“Ada dua hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan partikel PM2,5, dan sumber-sumber polutan lainnya secara cepat. Itu hujan lebat dan angin kencang,” tuturnya.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Alat Spirometri di Puskesmas untuk Deteksi Masalah Kesehatan Akibat Polusi Udara

Pada 17 Agustus 2023 lalu, berbagai pemantauan indeks kualitas udara di Jakarta menunjukkan angka berwarna kuning bahkan hijau. Sebab, saat itu ada angin kencang yang meniup polusi udara menjauhi Ibu Kota Indonesia.

Adapun penyebab utama polusi udara, kata Menkes Budi, yaitu transportasi, pembangkit listrik tenaga uap dan sejumlah industri yang memakai bahan bakar batu bara, atau karbon lainnya.

“Jadi kalau mau mengurangi PM2,5 itu yang biasanya dikurangi adalah transportasi, pembangkit listrik, dan industri. Inilah yang menyebabkan banyak PM2,5 berada di atas," tandasnya.

Sumber: indozone
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita