Membaca John Stuart Mill dan Rocky Gerung

Membaca John Stuart Mill dan Rocky Gerung

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


OLEH: WINA ARMADA SUKARDI
DI tengah-tengah perdebatan tentang pernyataan Rocky Gerung yang dengan percaya diri tinggi menegaskan di depan ruang publik, “Presiden Jokowi bajingan tolol”, saya Minggu (6/8/2023), di Toko Gramedia PIM 1, menemukan buku “Filsafat Kebebasan” karya John Stuart Mill, yang diterbitkan Penerbit Anak Hebat Indonesia, Jogjakarta, 2023.

Tanpa perlu lihat dan pikir panjang lagi, buku setebal 204 halaman ini langsung saya beli. Apalagi harganya masih “standar,” yaitu Rp 69.500.

Rocky Gerung dalam apologianya menyatakan, meski jelas-jelas menyebut “Presiden Jokowi,” yang berarti sudah melekat subjek personal Jokowi pada jabatan presidennya, menerangkan tidak bermaksud menghina pribadi Jokowi. Tapi, alasan Rocky Gerung, dia hanya berniat mengeritik jabatan presiden saja.

Rocky tak menjelaskan implikasi dari kritiknya kepada  jabatan presiden di Indonesia sebagai presiden “bajingan dan tolol”, sesuatu yang dampaknya jauh lebih berat lagi, karena tidak sekedar  dapat dituding menghina seorang Jokowi,  tapi telah utama menghina bangsa Indonesia.

Rocky pun lantas minta maaf, namun bukan lantaran subtansi pernyataan, melainkan untuk telah terjadinya kegaduhan dari pernyataannya.

Timbullah pro dan kontra. Pihak yang selama ini berafiliasi kepada kelompok anti pemerintah, jelas membela Rocky Gerung. Sebaliknya kelompok yang berada dalam barisan pemerintah, mencela pernyataan itu, bahkan menilai jalur hukum sesuatu yang pantas buat Rocky Gerung.

Kendati sebagai advokat dan terutama “orang pers” yang pernah menulis “perbedaan antara kritik dan penghinaan,” saya di sini kali ini tidak hendak membahas masalah mana yang lebih tepat dis eputar pro kontra  itu. Adapun yang  ingin saya kemukakan disini, lebih dari 300 tahun lalu, John Stuart Mill, sudah membahas perkara-perkara terkait dengan filsafat kebebasan hubungan individu, masyarakat dan negara (pemerintah).

“Satu-satunya tujuan kekuasaan dapat secara sah dilaksanakan atas setiap anggota komunitas yang beradab, bertentangan dengan kehendaknya sendiri, adalah untuk mencegah bahaya bagi orang lain,” tulis filsuf asal Ingris itu dalam Bab Pengantar bukunya.

Saya pernah mengutip pendapat John Stuart Mill dalam dua buku saya. Tentu kutipannya masih  diambil dari buku John Stuart Mill berbahasa Ingris. Kini, buku tersebut sudah diterjemahkan dan terbit dalam bahasa Indonesia. Walaupun “rasa bahasa” terjemahannya masih sulit dicerna oleh awam, namun lantaran buku ini subtansinya penting dan ikonik, saya sih menganjurkan bagi yang ingin mendalami filsafat kebebasan, buku karya John Stuart Mill ini, patut dibeli  dan dibaca.

Selain itu, setelah membaca buku ini kita bakal mendapat prespektif yang luas  dalam menganalisis pernyataan Rocky Gerung, termasuk dalam memandang  pro dan kontra soal ini.

Sekedar catatan dan klarifikasi: saya tak mengenal dan tak memiliki hubungan apapun dengan penerbit buku ini di Indonesia, termasuk juga dengan Rocky Gerung. 

(Penulis adalah wartawan senior.)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita