OLEH: DJONO W OESMAN
HEBOH Rocky Gerung. Ia mengatakan dua: 1) Presiden Jokowi bajingan tolol. 2) IQ warga Indonesia 70, setara monyet. Dipolisikan dua pihak: 1) Bara JP melapor ke Bareskrim Polri, Senin (31/7) ditolak. 2) Relawan Indonesia Bersatu melapor ke Polda Metro Jaya, diterima.
Orang yang dilaporkan pun ada dua: Rocky Gerung dan Refly Harun. Semua serba dua. Belum pernah terjadi hal seperti ini.
Laporan masyarakat ke polisi, fokus ke penghinaan Jokowi sebagai Kepala Negara Indonesia. Tidak ada yang melaporkan ucapan Gerung soal IQ warga Indonesia yang katanya rata-rata 70, setara monyet.
Dua pernyataan Gerung itu dikatakan di dua peristiwa. Pertama, di acara aktivis Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di Bekasi, Sabtu, 29 Juli 2023. Ia mengatakan begini:
"Kalau enggak jadi Presiden nanti, Jokowi akan jadi rakyat biasa. Tapi ambisi Jokowi akan mempertahankan legasinya. Dia pergi ke China untuk tawarkan IKN. Dia mondar-mandir dari satu koalisi ke koalisi lain untuk mencari kejelasan dirinya.”
Dilanjut: "Jokowi cuma pikirkan nasibnya sendiri, enggak memikirkan nasib kita, buruh. Itu bajingan yang tolol. Kalau dia bajingan pintar, dia bakal berdebat dengan Jumhur Hidayat.”
Akhirnya, Gerung menghasut massa: "Yuk kita bikin kemacetan di jalan tol pada 10 Agustus 2023. Lebih baik macet di jalan tol daripada macet di jalan pikiran. Tidak ada perubahan tanpa gerakan. Kekuasaan akan berubah apabila ditandingi oleh massa.”
Warganet merekam video Gerung bicara itu. Diunggah akun Twitter @muannas_alaidid pada Minggu, 30 Juli 2023. Fokus pada ucapan “bajingan tolol”.
Pernyataan Gerung ke dua, di acara bertajuk Dialog Akal Sehat di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Senin, 31 Juli 2023. Gerung mengatakan begini:
“Dalam statistik di Asia, IQ orang Indonesia cuma 70. Sedikit di atas monyet atau simpanse.”
Dilanjut: “Kalau Jokowi mengaku semua kabinetnya profesor, maka hal itu semakin menunjukan adanya kesenjangan pendidikan. Karena IQ 70 sama saja artinya dengan sebagian masyarakat Indonesia tidak terdidik.”
Di situ Gerung mendapat reaksi tepuk tangan hadirin. Meski ada ucapan IQ orang Indonesia setara monyet.
Laporan polisi pertama dilakukan LSM Barisan Relawan Jalan Perubahan (Bara JP) ke Bareskrim Polri, Senin, 31 Juli 2023. Sekretaris Bara JP, Relly Reagen kepada wartawan mengatakan, pihak yang dilaporkan adalah Rocky Gerung dan Refly Harun. Karena kedua orang itu menghina Presiden Jokowi.
Relly Reagen: “Laporan kami ditolak pihak Bareskrim Polri. Alasan Bareskrim menolak, karena harus ada klarifikasi dari Presiden Jokowi langsung sebagai pihak yang dirugikan. Bukan diwakili.”
Ternyata yang melapor tidak cuma LSM Bara JP. Ada beberapa. Antara lain, Barikade 98, Foreder, Sekber Jokowi Nusantara, ABJ, JPKP, SOLMET, Relawan Indonesia Bersatu, Barisan Pembaharuan, AKAR, Indonesia Hari Ini (IHI), SEKNAS.
Tapi tetap saja, semua pihak yang melapor ke polisi bukan orang yang yang dihina. Relly Reagen mengatakan: “Kami tidak mungkin bisa mendatangkan Presiden Jokowi, sebagai orang yang dirugikan secara langsung.”
Meski laporan ditolak, reaksi masyarakat menanggapi ucapan Gerung itu terus menggulung. Ucapan Gerung itu jadi trending topic di aneka media sosial. Dikomentari banyak orang. Terus heboh.
Di hari yang sama, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto dalam keterangannya menyatakan: "Kami menilai pernyataan bahwa Presiden sebagai bajingan yang tolol adalah puncak kerusakan akhlak, degradasi nalar, dan kemandulan akal sehat."
Dilanjut: "Apa yang dilakukan Saudara Rocky Gerung sudah masuk delik penghinaan terhadap Presiden, dan tidak bisa lagi dikategorikan sebagai kritik, dan bahkan sudah masuk ke kategori ujaran kebencian. PDI Perjuangan memprotes keras dan meminta Rocky Gerung untuk meminta maaf. Jangan manfaatkan kebaikan Presiden Jokowi yang membangun kultur demokrasi dengan respek terhadap kebebasan berpendapat dan berorganisasi, lalu dipakai mencela Presiden dengan cara-cara yang tidak beradab.”
Hasto menyatakan, PDIP akan minta bantuan Badan Bantuan Hukum, menyiapkan gugatan terhadap Rocky Gerung atas berbagai pernyataannya selama ini.
Ditutup: "Pak Jokowi tidak hanya Presiden RI. Beliau adalah kader kami. Partai berdiri di depan, jika ada yang merendahkan harkat dan martabat presiden.”
Perkara hukum itu jadi berbelit politik, dengan adanya pernyataan Hasto itu. Tapi, pernyataan Gerung juga bermuatan politik. Belit-membelit.
Esoknya, Selasa, 1 Agustus 2023, LSM Relawan Indonesia Bersatu melaporkan Rocky Gerung dan Refly Hasan pula ke Polda Metro Jaya. Kali ini laporan diterima. Dan akan ditindaklanjuti.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan, Selasa (1/8) mengatakan, Rocky dan Refly dilaporkan atas tuduhan telah melakukan penghinaan kepada Presiden Joko Widodo.
Trunoyudo: “Telah diterima laporannya di SPKT Polda Metro Jaya. Pada materi laporannya, ada dua terlapor atas nama RG dan RH, Kami sudah klarifikasi pelapor dan dua saksi.”
Dalam laporan polisi, Rocky dan Refly disangkakan Pasal 28 Ayat 2 Jo Pasal 45 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE dan atau Pasal 156 KUHP dan atau Pasal 160 KUHP dan atau Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 dan atau Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
Gencar bertubi-tubi. Juga sangat cepat. Belum sempat Hasto melancarkan gugatan terhadap Gerung, sudah didahului LSM yang sangat giat lapor polisi.
Gerung sudah klarifikasi soal ucapannya “bajingan tolol”. Melalui video yang disebar ke medsos. Intinya ia klarifikasi, bahwa itu bukan penghinaan, melainkan kritik, berdasar kebebasan berbicara dan berpendapat. “Masyarakat harus menghormati pendapat politik saya,” ujarnya.
Gerung tidak klarifikasi soal pernyataanya, IQ orang Indonesia 70, setara monyet. Ia tidak menyinggung itu. Mungkin ia paham, bahwa pernyataan itu tidak bisa dipolisikan. Karena pihak yang dituduh, banyak. Rakyat Indonesia, 273,8 juta orang (berdasar sensus penduduk Badan Pusat Statistik, 2020).
Tapi, membandingkan rakyat Indonesia dengan monyet terkait IQ (Intellectual Quotient) juga absurd. Belum pernah IQ monyet diukur dengan standar tes IQ manusia.
Dikutip dari The Washington Post, 12 April 1995, berjudul “Monkey Think, Monkey Do”, bahwa monyet punya kecerdasan. Tapi, tidak pernah diuji dengan standar tes IQ yang biasa diterapkan pada manusia.
Di situ dipaparkan: Morris, adalah monyet. Suatu hari ketika ia bermain get-the-peanut-butter, ia mengambil sebuah batu. Dengan batu itu ia melakukan sesuatu yang mengherankan manusia. Riset itu dilakukan Gregory C. Westergaard, antropolog di Institut Nasional Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia, Amerika Serikat (AS).
Batu yang dipegang monyet Morris ia temukan di sekitar. Karena ia melihat makanan, berupa selai kacang yang disediakan tim peneliti. Selai itu berada di dalam wadah plastik transparan, kelihatan. Ada celah sempit di wadah. Tidak bisa dimasuki tangan Morris. Maka, Morris mengambil batu di sekitar.
Batu, oleh Morris dipukulkan berkali-kali ke wadah plastik. Mungkin ia berharap wadah bakal pecah. Ternyata batunya yang pecah jadi dua. Salah satu pecahan, berujung runcing tajam.
Lalu, Morris memilih batu runcing untuk menusuk-tusuk selai, melalui celah sempit. Ia mengorek selai melalui celah. Selai pun menempel pada ujung batu. Selai dimakan. Dilakukan itu berulang-ulang. Sampai selai tersisa sedikit, yang tidak bisa dikorek batu lagi.
Menurut peneliti, Westergaard, begitulah manusia purba pada 2,5 juta tahun silam membuat peralatan. Dengan batu yang berujung runcing. Batu dijadikan alat serbaguna. Memotong buah dan daging hewan, untuk dimakan. Cari nafkah dengan caranya.
Kecerdasan monyet cuma sampai di situ. Tidak bisa matematika, seperti manusia.
Karena monyet bukan bandingan manusia, maka ketika Gerung bicara itu di forum, audience membalas tepuk tangan. Mungkin, tanda tidak nyambung.
Kini, masyarakat yang dihina Gerung dengan perbandingan itu, sedang menunggu hasil kerja Polda Metro Jaya. Bisa saja Gerung tidak dipenjara. Bisa saja.
Tapi percayakan perkara ini kepada polisi. Jangan main hakim sendiri. Sebab, Gerung sekadar cari nafkah. Dengan caranya. Kelak ia mati sendiri.
(Penulis adalah Wartawan Senior)