Budiman Sudjatmiko soal Merapat ke Prabowo: Dulu Lawan, Sekarang Kawan Demi Tugas Sejarah

Budiman Sudjatmiko soal Merapat ke Prabowo: Dulu Lawan, Sekarang Kawan Demi Tugas Sejarah

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mantan ketua sekaligus pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD), Budiman Sudjatmiko mengaku tak tahu jika sejumlah rekan satu perjuangan di PRD mengecam langkahnya yang merapat ke Prabowo Subianto. 

Ditemui dalam acara Deklarasi Relawan Persatuan Nasional di Deliserdang, Sumatera Utara, Senin (7/8/2023), Budiman mengaku telah mendapat dukungan dari aktivis reformasi tahun 1998.

"Aktivis ini banyak jumlahnya, yang mendukung saya juga banyak, dan yang jelas korban yang penculikan tidak ada yang mengecam. Karena sebelum bertemu dengan pak Prabowo saya diskusi dengan mereka, dan mereka mendukung. Minimal memaklumi, tidak ada yang mengecam," kata Budiman. 

Budiman mengatakan, dia sudah berdiskusi dengan sejumlah rekannya sesama aktivis reformasi sebelum menemui Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto bulan lalu. 

Dia pun telah mendapat dukungan untuk menemui Prabowo.

Budiman menyebut, banyak pelaku pelaku gerakan 98 yang mendukungnya lewat tulisan dan artikel yang dimuat melalui portal online. 

Dia sendiri belum pernah mendengar kecaman dari sesama rekannya sewaktu di PRD, termasuk mereka yang pernah sama sama menjalani tahanan politik zaman Orde Baru. 

 Baca juga: Buntut Ketemu dengan Prabowo, Budiman Sudjatmiko Dipanggil PDIP hingga Diberi Warning Untuk Kembali

"Ada juga aktivis aktivis yang nulis tulisan, yang menjelaskan posisi saya dan mereka oke soal itu, bahkan yang mengecam itu belum pernah saya baca tulisannya, tapi yang mendukung banyak tulisannya dengan argumen argumen yang panjang lebar dan mereka jumlah tidak sedikit. Jadi kita tidak bisa mengklaim satu generasi satu suara," kata dia. 

"Kita yang dipenjara (tahanan politik) ada juga mendukung, ada namanya Yakobus Kurniawan, ada Garga Sembiring, cuman mereka tidak buat konfrensi pres, cuman teman teman yang lain nulis artikel," lanjut Budiman. 

Politisi PDI Perjuangan itu mengaku pilihan menemui Prabowo sudah melalui ikhtiar panjang selama 25 tahun. 

Budiman dan Prabowo sendiri memiliki kisah panjang saat pecahnya reformasi. Budiman yang saat itu Ketua PRD adalah adalah salah satu simbol perlawanan terhadap Suharto. 

Sementara itu Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus. Budiman lantas mengatakan jika pertemuan dengan Prabowo atas dasar tugas menyelamatkan negara. 

"Demi tugas negara pula, saya harus bertemu dengan Bapak Prabowo Subianto supaya menghadapi tantangan ke depan kita tidak meminta-minta, kita tidak mengemis-ngemis, kita tidak memohon-mohon kepada penguasa-penguasa dunia, mudahkanlah kami untuk Indonesia, mudahkanlah jalan kepada kami untuk jadi negara maju, mudahkanlah kami untuk jalan modern, mudahkanlah kami untuk jadi negara industri maju," Budiman. 

"Jadi setelah saya periksa selama 25 tahun, bahwa saya tidak pernah punya rasa dendam pada lawan-lawan saya maka saya yakin bismillahirrahmanirrahim ini lah jalannya, dulu kita berlawan karena tugas sejarah, sekarang kita berkawan juga karena tugas sejarah," ujarnya. 

Kendati demikian, kritikan terhadap pertemuan keduanya sudah disampaikan oleh sejumlah rekan Budiman di PRD beberapa waktu lalu. 

Sekjen Partai Rakyat Demokratik (PRD) priode 1996 Petrus Hariyanto yang pernah menjalani tahanan politik bersama Budiman kecewa. 

Melalui Forum Rakyat Demokratik, Petrus dan sejumlah aktivis 98 mengelar konfrensi pers di Jakarta. 

"Para aktivis yang tergabung dalam Forum Rakyat Demokratik (FRD) kecewa dengan Budiman menemui Prabowo," kata Pertrus bersama sejumlah aktivis PRD Kamis (27/7/2023), di kantor LBHI, Jakarta Pusat. 

Menurut Petrus, Prabowo Subianto merupakan salah satu pihak yang terlibat tindakan penculikan aktivis di masa lalu. Bahkan hingga kini para keluarga korban dan para aktivis masih mencari keadilan.

"Sampai hari ini mereka (13 aktivis) belum diketemukan. Kawan-kawan ini tetap berjuang, mengusahakan bahwa kasus penculikan tidak dikubur. Tetap harus diungkap dan ditemukan," kata Petrus pers Mantan Aktivis PRD Kecam Politisi yang Lupa Sejarah di kantor 

"Keluarga mereka menanti dengan kesedihan, air mata itu yang harus diingat kawan kami Budiman Sujatmiko," ujar Petrus.

Namun mereka menyayangkan karena beberapa hari yang lalu menjelang 27 Juli, Budiman bertemu dengan Prabowo Subianto. 

"Yang mana Prabowo Subianto oleh Dewan Kehormatan Perwira dan beberapa jenderal termasuk Wiranto dinyatakan bersalah karena melakukan tindakan penculikan dan dipecat dari anggota ABRI dan Prabowo saat itu pergi ke Yordania," kata Petrus.

Petrus menyebut bahwa Budiman adalah simbol dari aktivis perlawanan Orde Baru yang menjatuhkan kediktatoran Soeharto. Namun Budiman justru mendatangi Prabowo.  

Keluarga mereka menanti dengan kesedihan, air mata itu yang harus diingat kawan kami Budiman. 

"Dia katakan ingin mengenang masa lalu bersama Prabowo dengan manis. Tidak mau terus-menerus berhutang dengan masa lalu dan masa depan bukan berhutang pada masa lalu," katanya.

Dikatakan Petrus bahwa para aktivis yang tergabung dalam Forum Rakyat Demokratik kecewa dengan keputusan Budiman Sudjatmiko tersebut.

"Kami yang dikecewakan ini, mengatakan dengan lantang bahwa kami berhutang kepada masa lalu. Kami punya hutang mengungkap masa lalu yang kelam termasuk kasus penculikan dan kami berhutang kepada masa depan," kata Petrus.

"Masa depan Indonesia yang berada, masa depan yang menghargai HAM dan kemanusiaan," katanya.

Sumber: tirbunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita