GELORA.CO - Pendiri Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) Rachland Nashidik membela Rocky Gerung yang dinilai menghina Presiden Joko Widodo (Jokowi) berujung dipolisikan. Rachland menilai langkah pendukung Jokowi tersebut demi kepentingan mereka sendiri, bukan mewakili sang kepala negara.
"Rocky itu menegur Jokowi, bukan menegur anak buah Jokowi. Bahwa anak-anak buah politik Jokowi merasa terpanggil untuk membelanya, dengan mengadukan Rocky ke polisi, itu urusan mereka sendiri, yang mungkin sekali tidak mewakili kepentingan Jokowi sendiri," kata Rachland kepada wartawan, Selasa (1/8/2023).
Rachland bertanya apakah Jokowi memang tersinggung oleh pernyataan Rocky Gerung, yang juga Pendiri P2D. Sebab, Rachland menilai Jokowi akan mengadu sendiri ke aparat hukum apabila tersinggung.
"Bukankah Jokowi tidak tersinggung dengan teguran Rocky? Pasal Penghinaan itu jenisnya delik aduan. Kalau Pak Jokowi tersinggung, lumrahnya dia mengadukan sendiri Rocky ke polisi. Nyatanya tidak," kata pria yang juga politikus Partai Demokrat ini.
Lebih lanjut, Rachland menilai Jokowi sendiri telah melakukan cawe-cawe menuju Pemilu 2024. Dia memandang polemik pernyataan Rocky itu tak ada urusannya dengan moralitas Rocky.
"Daripada menghiraukan Rocky, Pak Jokowi nyatanya terus saja cawe-cawe bagi Pemilu 2024. Terus saja juga beliau mempromosikan proyek IKN ke mana-mana, termasuk ke mancanegara," katanya.
"Jadi, kalau Pak Jokowi tidak ambil pusing, kenapa justru anak-anak buahnya lapor polisi. Ini yang saya maksud. Pengaduan anak buah Jokowi mungkin sebenarnya lebih berhubungan dengan keperluan mereka sendiri pada Jokowi. Tidak ada urusannya dengan moralitas Rocky. Tidak ada urusannya juga dengan etika atau nilai-nilai. Urusannya cuma satu saja, keperluan mereka sendiri," lanjutnya.
Di sisi lain, Rachland menyebut Rocky pun tak pernah mengadu ke polisi soal pendukung Jokowi yang dianggapnya kerap memaki Rocky. "Pada sisi lain, saya duga, anak-anak buah Jokowi ini mungkin sekali lebih banyak dan lebih sering memaki-maki Rocky. Toh, Rocky tidak ambil pusing. Dia tidak pernah mengadu pada polisi," ujarnya.
Rachland memandang polemik ini semestinya tak perlu melibatkan aparat hukum. Menurutnya, hal ini dapat merusak demokrasi.
"Jadi kalau benar begitu, polisi juga sebenarnya tidak punya urusan dengan Rocky. Satu, karena penghinaan itu delik aduan. Kecuali Jokowi mengadu sendiri, atau mengutus perwakilan untuk mengadu ke polisi. Dua, kalau sekadar perkara makian, balas saja dengan makian lagi. Selesai. Tidak ada kerusakan apapun di situ kecuali emosi yang gagal disaring," katanya.
"Apa yang bisa merusak demokrasi adalah apabila maki memaki politik ini dilebih-lebihkan dengan menggoda campur tangan negara. Apalagi bila bukan godaan, tapi tekanan pada negara agar campur tangan. Seperti yang dilakukan oleh anak-anak buah Jokowi pada polisi," lanjutnya.
Rachland lalu mengungkit era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di mana pendukungnya tak ada yang melaporkan pihak oposisi ke kepolisian.
"Dulu para pengkritik SBY mengasosiasikan SBY dengan kerbau. Seekor kerbau hidup ditulisi 'SBY' dibawa dalam unjuk rasa. Para pendukung SBY marah. Mereka menggerutu dan menyatakan protes di ruang-ruang publik. Tapi tak satu pun yang pergi mengadu ke polisi," katanya.
Untuk diketahui, Relawan Indonesia Bersatu resmi melaporkan Rocky Gerung atas dugaan penghinaan terhadap Jokowi. Laporan dilayangkan ke Polda Metro Jaya.
Tak hanya Rocky Gerung, nama Refly Harun juga dilaporkan ke Polda Metro Jaya.
"Saya sebagai Ketua Umum Relawan Indonesia Bersatu hari ini melaporkan resmi Rocky Gerung sama Refly Harun," kata Ketua Umum Relawan Indonesia Bersatu, Lisman Hasibuan, kepada wartawan, Selasa (1/8).
Sumber: detikcom