Oleh: Tony Rosyid*
ANIES Baswedan-Ganjar Pranowo sangat mungkin akan menjadi alternatif. Terutama jika Joko Widodo alias Jokowi memasangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Suara PDIP pecah, dan elektabilitas Ganjar otomatis akan turun, bahkan drastis.
Dengan memasang putra sulungnya sebagai cawapres, Jokowi akan all out, mengerahkan semua potensinya untuk memenangkan sang putra. At all cost. Ini soal anak, soal nama baik, dan soal harga diri keluarga. Apa kata dunia kalau sampai kalah.
Prabowo-Gibran dipasangkan, semua partai koalisi istana akan ditarik ke pasangan ini. Termasuk PPP, partai yang sekarang bergabung dengan PDIP. Dengan begitu, maka PDIP akan sendirian mengusung Ganjar. Ini sungguh teramat berat.
Memaksakan Ganjar maju, itu boleh jadi akan menjadi langkah bunuh diri. Buang-buang waktu dan energi. Karena peluang untuk menang akan semakin kecil. Sebab, selama ini PDIP dapat coattail effect dari Jokowi. Begitu juga Ganjar. Ditinggalkan Jokowi, coattail effect dipastikan akan melemah.
PDIP mesti mencari alternatif. Alternatif yang paling realistis adalah bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Di koalisi ini, pasangan yang akan diusung adalah Anies-Ganjar. Kalau dibalik, hampir mustahil. Karena ini tidak akan mengubah keadaan.
Keduanya, Anies dan Ganjar punya ceruk yang berbeda. Anies punya ceruk di tengah dan kanan. Ganjar punya ceruk di tengah dan kiri. Kalau ini digabung, maka peluang menang akan besar.
Bagaimana menjelaskan ke masing-masing konstituen yang selama ini terbelah? Tidak mudah, tapi selalu ada ruang untuk mengkomunikasikannya. Karena ini bukan soal ideologi dan agama. Tapi ini soal NKRI dan rasionalitas politik.
Ini soal dinamika politik dan peluang yang paling realistis untuk menang dan melakukan perubahan buat masa depan Indonesia.
Kedua pihak, baik pihak Anies maupun pihak Ganjar, dengan komposisi masing-masing bisa saling menambah elektabilitas jika dipasangkan. Ini sekaligus menjadi jalan rekonsiliasi rakyat yang selama ini terbelah. Meski kita paham bahwa andil elit politik paling besar pengaruhnya dalam merawat keterbelahan itu. Making conflict telah menjadi bagian dari strategi yang efektif di sepanjang sejarah dalam mengelola target politik.
Anies-Ganjar adalah pilihan paling realistis jika Jokowi tetap berada di kubu Prabowo, mengambil posisi sebagai rival capres yang diusung PDIP.
*) Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa