GELORA.CO -Mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makassar, Andhi Pramono (AP), diduga menggunakan empat rekening atas nama orang lain, untuk menampung uang saat menjadi broker ekspor impor.
Jurubicara Bidang Penindakan dan Kelembagaan KPK, Ali Fikri mengatakan, terdapat beberapa pihak-pihak lain sebagai nominee atau rekening pihak lain, akan tetapi uang yang ada di rekening dikuasai oleh Andhi.
"Diperkirakan ratusan juta uang itu masuk ke rekening pihak lain, dan itu dikuasai oleh AP, tapi rekeningnya pihak lain. Termasuk ada juga informasi dari Batam tadi itu, puluhan miliar langsung ke rekening dari AP," ujar Ali seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (13/7).
Namun demikian, uang puluhan miliar yang dimaksud, Ali tidak bisa memastikan apakah termasuk dari hasil penggeledahan di PT Bahari Berkah Madani (BBM) di Batam maupun bagian dari Rp28 miliar yang telah dirilis KPK.
"Banyak, lebih dari tiga ataupun empat rekening) nama-nama pihak lain yang digunakan, diduga digunakan oleh tersangka AP, untuk menampung uang yang berkaitan dengan jabatan tersangka AP," pungkas Ali.
Andhi Pramono resmi ditahan KPK pada Jumat (7/7) di Rutan KPK pada Gedung Merah Putih KPK. Andhi diduga menerima gratifikasi sebesar Rp28 miliar.
Dalam rentang waktu antara 2012-2022, Andhi dalam jabatannya selaku PPNS sekaligus pejabat eselon III di Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai diduga memanfaatkan posisi dan jabatannya tersebut untuk bertindak sebagai broker atau perantara.
Selain itu, Andhi juga memberikan rekomendasi bagi para pengusaha yang bergerak di bidang ekspor impor, sehingga nantinya dapat dipermudah dalam melakukan aktifitas bisnisnya.
Sebagai broker, Andhi diduga menghubungkan antar importir untuk mencarikan barang logistik yang dikirim dari wilayah Singapura dan Malaysia yang diantaranya menuju ke Vietnam, Thailand, Filipina, Kamboja.
Uang tersebut pun digunakan untuk membeli berlian seharga Rp652 juta, pembelian polis asuransi senilai Rp1 miliar dan pembelian rumah di wilayah Pejaten, Jakarta Selatan senilai Rp20 miliar.
Dalam perkembangannya, hingga saat ini, KPK sudah menyita aset-aset milik Andhi yang diduga berasal dari hasil tindak pidana korupsi senilai Rp50 miliar.
Sumber: RMOL