GELORA.CO - Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam waktu dekat ini akan mempunyai ketua umum baru untuk menggantikan KH Miftachul Akhyar. Nama Wakil Rais ‘Aam PBNU KH Anwar Iskandar akan dibawa ke dalam rapat pleno pada 15 Agustus 2023 mendatang.
"Kebetulan pak Miftachul Akhyar yang mengusulkan kalau bisa diterima KH Anwar Iskandar. Dalam rapat pimpinan Selasa lalu, sudah memutuskan calon yang akan dibawa ke rapat pleno 15 Agustus namanya bapak KH Anwar Iskandar,"kata Waketum MUI, Anwar Abbas, kepada MNC Portal, Kamis (27/7/2023).
Oleh karena itu, jika dalam rapat pleno disetujui maka nama KH Anwar Iskandar akan kembali dibahas dalam rapat paripurna yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Maruf Amin.
Profil KH Anwar Iskandar
KH. Muhammad Anwar Iskandar dilahirkan di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi pada tanggal 24 April 1950. Ayahnya bernama KH. Iskandar (Askandar), pendiri dan pengasuh pondok pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Muncar, Banyuwangi.
Dilansir laduni.id, KH Anwar Iskandar menikah pertama pada tahun 1975. Pada saat itu beliau dinikahkan oleh KH Mahrus Ali dengan seorang wanita asal Jamsaren Kediri bernama Nyai Qoni’atus Zahro, putri dari pengasuh Pondok Pesantren Assa'idiyah Jamsaren, yaitu Kyai Sa'id. Dari pernikahan pertama ini KH Muh. Anwar Iskandar dikaruniai satu putra dan lima putri.
Pada tahun 1990, Anwar Iskandar menikah kedua kalinya dengan ibu Nyai Hj. Yayan Handayani dari Bogor yang sekarang mendiami pondok pesantren Al-Amin. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai tiga putra dan satu putri.
Pendidikannya dimulai sejak KH. Muh. Anwar Iskandar masih dalam asuhan keluarganya. Dia juga dididik agar suatu saat bisa menjadi penerus ayahnya. Sebagaimana yang dilakoni kyai-kyai salaf, KH Anwar Iskandar menimba ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain.
Disamping itu beliau juga menimba ilmu pengetahuan umum di sekolah-sekolah formal. Pertama kali KH Anwar Iskandar mengaji kitab-kitab salaf dalam asuhan orang tuanya sendiri di pondok pesantren “Mamba’ul Ulum” Berasan Muncar Banyuwangi.
Pada tahun 1964, KH Anwar Iskandar memasuki M.A di lingkungan yang sama dan tetap mengaji kitab-kitab kuning di bawah bimbingan ayahnya.
Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun di bawah asuhan KH. Mahrus Ali. Selain mengaji di Lirboyo, beliau juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.
Selain menempuh pendidikan di pondok pesantren KH Anwar Iskandar juga meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi (PT) Tribakti Kediri. Sampai pada tahun 1969 KH. Muh. Anwar Iskandar menyandang gelar Sarjana Muda.
Pada tahun 1970, KH. Muh. Anwar Iskandar meninggalkan pondok pesantren Lirboyo Kediri menuju Jakarta untuk menyelesaikan program sarjana lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab.
Sumber: okezone