Pensiunan Jenderal Ini Pernah Mempertanyakan Keberadaan Tuhan, Langsung Yakin Saat Ujian Matematika

Pensiunan Jenderal Ini Pernah Mempertanyakan Keberadaan Tuhan, Langsung Yakin Saat Ujian Matematika

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Ini kisah Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo. Mantan Danjen Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah mencari keberadaan Tuhan.

Pria yang dijuluki sebagai Bima karena postur dan kumis tebalnya ini, ternyata pernah gamang tentang keberadaan Tuhan.

Saat itu, jenderal asal Piyungan, Bantul ini masih duduk di bangku SD. Bagyo, demikian kedua orang tuanya memanggilnya, saat kecil kerap bertanya-tanya dalam hati, benarkah salat dan mengaji itu sekadar rutinitas?.

Ataukah ibadah itu hanya lantaran keturunan? Hanya semacam tradisi lantaran orang-orang terdahulu melakukannya.

Di Desa Piyungan, Bantul, DIY, Bagyo seperti anak-anak kebanyakan seusai salat Magrib, langsung belajar mengaji.

Kebiasaan salat dan mengaji bersama itu sudah turun-temurun yang dilakukan tak hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa.

Kebiasaan warga di kampung ini juga yang dilakukan keluarga Bagyo.

Apalagi, rumah Bagyo letaknya berdekatan dengan masjid.

Seperti anak-anak seusianya, Bagyo juga mengaji usai salat.

Kegundahan itu semakin hari makin memenuhi pikirannya.

Mulailah tiga dari lima bersaudara putra dari pasangan Yakub Hadi Siswoyo dan Sukiyah itu bertanya pada diri sendiri.

“Benarkah Tuhan ada?,” kata Bagyo seperti ditulis Carmelia Sukmawati dalam buku ‘Subagyo HS Kasad dari Piyungan”.

Pikiran tentang Tuhan itu tulis Carmelia, melintas begitu saja di benak Bagyo.

Tak pula tebersit apakah pikiran semacam itu layak untuk seorang bocah yang masih SD.

Pertanyaan tentang Tuhan itu terus berkecamuk.

Namun, sebuah momen mengubah segalanya.

Ujian matematika yang menepis segala kegamangan tersebut, lalu mengubahnya menjadi sebuah keyakinan yang kokoh di hati Bagyo.

Semasa bersekolah SD, salah satu pelajaran agama yang diingat Bagyo yakni orang yang dikabulkan doanya oleh Allah SWT yakni orang berpuasa, menderita dan memohon dengan tulus.

Di sekolah, pelajaran paling sulit yang dirasakan Bagyo adalah matematika. Dia selalu mendapatkan nilai jelek pada mata pelajaran itu.

Hari itu, dengan kepolosannya dan tanpa keraguan, dia pun memanjatkan doa.

“Tuhan, kalau benar Engkau ada, saya minta ujian saya lulus dengan nilai 8 semua,” ucap Bagyo kecil.

Menurut Carmelia, memperoleh nilai 8, tentu akan menjadi sesuatu yang luar biasa.

Sungguh ajaib! Doa yang dipanjatkan pria kelahiran 12 Juni 1946 itu, dikabulkan Allah SWT.

Bagyo mendapat nilai 8 untuk semua mata pelajaran dalam ujian akhir sekolah (UAS) kelas 6. Tak terkecuali Matematika.

Deretan nilai itu kontan membuatnya bangga dan bahagia teramat sangat.

Namun lebih dari itu, hasil tes ini seperti menjawab keresahannya selama ini bahwa Tuhan benar-benar ada.

Lulus dari bangku SMA, Bagyo atas dorongan sang ayah memutuskan untuk menjadi tentara.

Menariknya, dia tak langsung mendaftar Akabri Darat (kini Akademi Militer).

Keinginan pertamanya justru masuk Akademi Angkatan Laut.

Tahu anaknya berniat jadi AL, Yakub Hadi Siswoyo keberatan.

Dia khawatir jika Bagyo jadi prajurit AL tidak bisa salat menghadap kiblat ketika sedang bertugas di kapal.

Anggapan itu wajar mengingat keawaman sang ayah.

Ketika itu Yakub berpikir kapal tidak selalu berjalan searah kiblat.

Dia juga tak tahu bahwa di kapal ada alat navigasi yang bisa menunjukkan arah.

Namun karena keberatan itu Bagyo lantas mendaftar Akmil. Dia juga mendaftar AAU.

Hebatnya, dia lolos di kedua akademi tersebut. Kebimbangan pun menyelimuti, harus memilih mana.

Pria yang dijuluki Bima ini lantas meminta saran seseorang yang memiliki kemampuan lebih soal agama.

Apa jawabnya? Bagyo disarankan salat Istikarah atau salat meminta petunjuk.

Dari situ, dia lantas memantapkan tekad untuk masuk Angkatan Darat.

Lulus dari Akabri 1970, dia memulai pengabdian sebagai prajurit TNI AD.

Bagyo digembleng sebagai serdadu infanteri di Korps Baret Merah. Kariernya terus meroket.

Sinar terang perjalanan Subagyo juga mengantarkannya sebagai Danjen Kopassus (1994-1995).

Hanya setahun menjabat orang nomor satu di pasukan elite itu, dia dipromosikan sebagai Pangdam IV/Diponegoro (1995-1997).

Pada pertengahan Juni 1997 dia dipercaya sebagai wakil KSAD.

Subagyo mencapai puncak karier di kemiliteran pada 16 Februari 1998.

Bima dari Piyungan ini dilantik Presiden Soeharto sebagai KSAD periode 1998-1999.

Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto mengingat Subagyo sebagai sosok panutan.

Banyak hal dipelajarinya antara lain sifatnya yang ramah, jiwa loyal, dan setia serta selalu membela anak buah.

Untuk diketahui, semasa Bagyo menjabat Danjen Kopassus, Prabowo adalah wakilnya.“Saya kira tidak keliru kalau orang-orang memberi julukan beliau sebagai Bima. Mungkin tampangnya garang dengan kumis lebat, tapi beliau selalu senyum bahkan ramah dan selalu penuh humor,” kata Prabowo dalam buku biografinya, ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto’. 

Sumber: herald
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita