GELORA.CO - Pengamat sepak bola Indonesia, Tommy Welly atau Bung Towel mengatakan, pernyataan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono yang akan mengganti rumput di Jakarta Internasional Stadion (JIS) karena tidak sesuai dengan standar FIFA menimbulkan polemik.
Menurut Bung Towel, Menteri PUPR tidak berhak menyatakan hal tersebut, karena tidak pada kewenangannya. Seharusnya, yang berhak memberi pernyataan itu adalah FIFA sendiri selaku regulator dari persepakbolaan dunia.
"Karena menyatakan tidak sesuai standar FIFA itu kan ada kewenangannya ada otoritasnya, nah, otoritasnya itu adalah FIFA kan. Jadi misalnya, Technical Delegatenya atau Asesor dari FIFA datang, itu barulah menjadi valid itu verifikasinya atau verifikatornya. Tapi ketika, menteri PUPR menjadi seolah-olah aksesor FIFA, itu yang akhirnya menyulut polemik kan soal rumput ini," kata Bung Towel dikutip VIVA dari program Kabar Siang tvOne, Rabu, 5 Juli 2023.
Menurut Bung Towel, jenis rumput yang dipakai dalam stadion JIS adalah jenis hybrid. Di mana, jenis rumput hybrid itu ada banyak macam jenisnya. Beberapa stadion berkelas dunia di Eropa seperti Allianz Arena di Jerman, Spartak Moscow di Moskow hingga Wanda Metropolitano di Madrid, juga menggunakan rumput hybrid seperti JIS.
"Jadi bukan hal yang baru (menggunakan rumput hybrid), karena FIFA ada tiga kriteria tentang permukaan atau lapangan rumput, ada yang rumput asli, ada yang hybrid, ada yang artificial grass, jadi semuanya bisa memenuhi syarat sepanjang sesuai dengan standar FIFA. Nah hybrid ini bukan hal yang baru di JIS ini kan 5 persen rumput alami 95 persen sintetis. Ketika diganti jadi rumput alami apakah itu sesuai dengan konsep awal, karena menyangkut roof stadion juga," ujarnya," kata dia.
Oleh sebab itu, Bung Towel menyayangkan pernyataan dari Menteri Basuki yang menyebut rumput stadion JIS tidak sesuai standar FIFA, padahal Menteri Basuki bukan sebagai perwakilan dari FIFA.
"Jadi harus dipahami gitu loh, jangan tiba-tiba menyatakan tidak sesuai, tapi juga bukan pihak yang menjadi berkompeten menyatakan tidak sesuai standar itu. Nah, ini yang menimbulkan polemik menurut saya sih," ujarnya
Panggil Verifikator FIFA
Senada, pengelola stadion yang juga pemilik klub sepak bola profesional di Indonesia, Gede Widiade menyarankan pemerintah agar segera menggandeng FIFA untuk melakukan verifikasi rumput lapangan JIS.
Menurutnya, kebutuhan rumput di Stadion JIS berbeda dengan stadion-stadion lain, seperti GBK maupung Gelora Bung Tomo.
"Jadi kalau menurut saya, sebelum mengeluarkan statement untuk mengganti (rumput JIS) dipelajari dulu. Karena kalaupun diganti rumput natural grass, umpamanya, Anda lihat dulu bahwa lingkungannya apakah memungkinkan, karena atapnya itu tidak optimal matahari tidak bisa masuk 100 persen, jadi harus ada bantuan faktor-faktor teknis lainnya," ujar Widiade
Mantan Bos Persija Jakarta ini meminta pemerintah sebaiknya segera memanggil tim verifikator FIFA untuk menilai kelayakan rumput stadion JIS apakah sesuai standar FIFA atau belum, guna menghindari polemik yang tidak perlu.
"Panggil verifikator lakukan verifikasi, apabila tidak memenuhi ya mau tidak mau harus diganti, tapi kalau memenuhi tinggal penyempurnaan, disempurnakan aja gitu. Karena kalau di JIS ini hanya masalah teknis saja tapi kalau dilarikan ke politis ya repot lagi," terangnya
Sebelumnya, Juru Bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra menyebut, rencana tersebut bagian dari politisasi dibanding untuk pelaksanaan tuan rumah Piala Dunia U17.
Surya menilai, inspeksi yang dilakukan pemerintah ke JIS sangat lebay. Terlebih ketika hasil inspeksi hanya difokuskan pada rencana perbaikan rumput stadion yang bahkan banyak digunakan untuk stadion internasional lainnya.
“Bahkan tiba-tiba ada yang jadi ahli rumput hanya untuk menunjukkan kekurangan JIS. Jelas ini hanya ditujukan untuk politisasi capres Anies Baswedan” kata Surya dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 5 Juli 2023.
Mantan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang ini juga mengkritisi sikap dua menteri yang langsung mengundang kontraktor rumput untuk memeriksa rumput JIS.
Padahal, kata dia, seharusnya yang bisa menilai layak apa tidak adalah FIFA. Justru dipandang tidak etis saat seseorang yang memiliki kepentingan bisnis diminta untuk memberikan evaluasi.
“Yang jelas punya kepentingan bisnis. Jadi apa hasil evaluasinya bisa dipercaya? Secara metode kok bisa rumput yang disampling, justru yang di luar garis batas pertandingan?” ujarnya.
Hal lain yang dirasa aneh adalah ketika proses evaluasi saja belum selesai, apalagi tender, Menteri PUPR justru sudah bawa kontraktor. Terkesan telah ditunjuk untuk mengerjakan renovasi rumput.
"Lebih parah lagi, baru sekali berkunjung tiba-tiba sudah keluar nilai proyek Rp 6 miliar. Ini mau perbaiki JIS atau mau cari proyek rumput?” imbuhnya.
Sumber: viva