GELORA.CO - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengaku geram dengan fenomena ironis bahwa sampai saat ini Indonesia masih kerap mengimpor buah-buahan. Padahal, buah tersebut bisa dibudidayakan atau ditanam di dalam negeri.
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu menilai, fenomena itu sangat ironis mengingat bahwa iklim di Indonesia jauh lebih bagus untuk mengembangkan berbagai jenis buah-buahan, termasuk jenis buah-buahan tropis.
"Ironis. Semestinya kita jangan terlalu banyak impor dalam hal hortikultura dan buah-buahan ini," kata Moeldoko dalam diskusi 'Elektrifikasi Agrikultur' di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu, 12 Juli 2023.
Dia menegaskan, impor buah-buahan itu baru bisa dimaklumi untuk jenis buah-buahan yang spesifik, yang tidak ada di Indonesia. Sementara untuk buah-buahan spesifik khas Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain, semestinya Indonesia justru tidak perlu impor.
"Karena kita punya buah yang sangat baik, dan buah-buahan yang spesifik di kawasan Asia dan tidak bisa dimiliki negara lain," ujar Moeldoko.
Dia mencontohkan, salah satu ironisme dari fenomena impor buah ini terjadi pada komoditas buah alpukat. Padahal, semestinya Indonesia tidak harus mengimpor alpukat, karena para petani lokal seharusnya juga bisa menanam alpukat itu sendiri.
"Ironisnya lagi, kita impor alpukat dari Australia, sinting. Padahal kita bisa tanam itu," kata Moeldoko.
Karenanya, Moeldoko pun mendorong inventarisasi berbagai jenis produk buah-buah tropis unggulan khas Tanah Air, yang dibutuhkan oleh negara-negara lain terutama di kawasan ASEAN. Supaya, peluang semacam itu tidak hanya di kuasai oleh negara seperti Thailand, dan Indonesia bisa memanfaatkan peluang pasar bagi buah-buahan yang sebenarnya bisa dibudidayakan di Tanah Air.
"Kita harus menginventarisasi produk-produk unggulan kita, atau buah-buahan tropis yang bisa kita hasilkan dan dibutuhkan oleh dunia luar. Karena kita salah satu yang bisa menghasilkan buah tropis dibandingkan negara-negara tertentu di kawasan ASEAN. Tapi kenapa harus negara kecil seperti Thailand yang merajai itu," ujarnya.
Sumber: viva