GELORA.CO - Eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono angkat bicara perihal kabar kedekatannya dengan pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang. Hendropriyono membantah menjadi sosok yang ‘membekingi’ Panji Gumilang.
Hendropriyono memaparkan awal mula dirinya mengenal sosok Panji Gumilang. Kala itu pada tahun 1999 Panji Gumilang meminta Presiden ke-3 BJ Habibie untuk meresmikan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun.
“Presiden Indonesia waktu itu BJ Habibie, memerintahkan Menteri Agama untuk menyelidiki Ponpes Al Zaytun, yang minta beraudiensi kepada presiden, dalam rangka untuk meresmikan pesantren Al-Zaytun, di situ saya pertama kali dengar ada nama pesantren Al-Zaytun,” ujar Hendropriyono, di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Senin, (10/7/2023).
Hendropriyono menjelaskan saat itu jabatannya masih menjadi Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan. Pada sidang kabinet, Menteri Agama yang ditunjuk BJ Habibie untuk menyelidiki Al-Zaytun, saat itu memaparkan jika Ponpes Al-Zaytun tidak memiliki masalah secara ideologi politik.
“Diterangkan Al-Zaytun dipimpin oleh seorang bernama Panji Gumilang dan diceritakan bahwa dari sisi ideologi politik tidak ada masalah, karena Panji Gumilang juga berpikiran cukup dalam pengetahuan filsafat Pancasila dan dari sisi kurikulum dan sisi pelajaran yang diberikan ponpes, menurut Menag waktu itu tidak ada masalah,” ungkapnya.
Saat itu, kata Hendropriyono, BJ Habibie pun datang ke Al-Zaytun untuk meresmikan ponpes tersebut. Setelahnya, Hendropriyono mengaku tidak pernah mengetahui lagi bagaimana kelanjutan Al-Zaytun.
Sampai kemudian, pada masa pemerintahan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Hendropriyono diminta untuk menggantikan Ketum PDIP itu menghadiri peletakkan batu pertama untuk gedung pembelajaran. Saat itu Hendropriyono menjabat sebagai Kepala BIN.
“Saya pun pergi ke sana lewat darat, untuk meletakkan batu pertama gedung pembelajaran yang namanya gedung Doktor Ir Soekarno, saat itu pertama kali saya kenalan dengan Panji Gumilang,” ucapnya.
Dia melihat ponpes Al-Zaytun saat itu merupakan ponpes yang cukup modern. Menurutnya, secara ideologi politik, tidak ada masalah dengan ponpes Al-Zaytun.
“Secara politik saya kira tidak ada masalah waktu itu, karena Presiden RI yang meresmikan, artinya kalau dalam perkembangannya itu berbeda, tentu saja pengetahuan saya ini pengetahuan zaman saya, tahun 1999 pertama kali saya dengar nama Al-Zaytun. Dan 2001 apa 2002 saya lupa itu kedua kalinya saya tau Al-Zaytun,” jelasnya.
Hendropriyono lantas merasa aneh jika dikaitkan dengan polemik Al Zaytun saat ini. Sebab, dia merasa tidak memiliki kekuatan membekingi Panji Gumilang.
“Emang kekuatan saya apa ya? Kalau saya masih aktif punya kekuatan, ditakutin. Saya rasa ini karena waktu itu saya Kepala BIN, buat seorang intelijen musuhnya musuh adalah kawan saya dan terus terang musuh Republik Indonesia, NII (Negara Islam Indonesia)” jelasnya.
“Kalau masih ada orang ingin kembalinya NII, ya mimpi. Untuk menyadarkan orang bermimpi kan kita harus menggunakan juga bantuan yang sudah sadar. Yang masih tidur, yang sudah sadar waktu itu Panji Gumilang, dari sisi ideologi dan politik sudah dinyatakan clear oleh Presiden Indonesia BJ Habibie dengan meresmikan ke sana,” tambahnya.
Hendropriyono menilai saat itu, BJ Habibie tidak mungkin sembarang meresmikan ponpes. Dia pun lantas mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam menyikapi polemik Al Zaytun.
“Saya heran kok ributnya sekarang? Jadi ribut ada apa? Saya nggak ngerti lagi karena saya ke sana nggak pernah lagi, nggak pernah tau lagi,” kata dia, mengutip Detikcom.
“Jangan mereka membuat keributan sekarang merefer pintar pakai tanda kutip masa pakai referensi masa lalu dari pada sekarang. Dulu ya dulu, masa lalu ya udah lewat, masa sekarang ya masa ke depan, orang-orang sudah pakai artificial intelligence masa masih pakai masa lalu. Masa lalu, ya masa lalu,” imbuhnya.
Sumber: pantau