GELORA.CO - Bakal capres Anies Baswedan menjadi salah satu pembicara Hari Menjadi Manusia di Kuningan Ballroom, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7). Dalam acara itu, Anies menceritakan pengalaman pahit dan traumatis yang ia alami saat kecil.
"Ada yang traumatik juga. Saya pernah mengalami titik terendah. [Saat itu] saya SD kelas 3, kami [tinggal] di Jogja, liburan ke Jakarta waktu itu. Saat liburan kita bertiga, saya, adik saya perempuan umur 7 tahun, dan adik saya satu lagi umur 5 tahun, dan saya umur 9 tahun," kata Anies membuka ceritanya.
Saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Anies sempat meninggalkan adiknya untuk ke kamar mandi. Di kamar mandi itu, ia mendengar ada kecelakaan di bandara dan lantai jadi merah dengan darah.
"Saya keluar itu kaget, dan orang di situ diangkat, dibawa ke pinggir. Saya ditarik ke pinggir. Kemudian beberapa waktu saya baru tahu itu adik saya. Jadi adik saya yang umurnya 7 tahun, lagi jalan, lalu lemari di situ jatuh mengenai kepala adik saya [hingga meninggal di tempat]," lanjutnya.
Peristiwa itu lalu membekas di ingatan dan psikologis Anies hingga saat ini. Ia ingat betul, saat itu ia pergi bersama-sama bertiga bersama kedua adiknya, namun saat pulang ke Yogya, ia tak menyangka jika hanya tinggal berdua.
"Jadi ada satu masa ketika saya pulang ke Jogja itu kayak kosong. Saya masuk ke kamar, adik saya enggak ada dan barang-barangnya masih ada di situ. Jadi itu periode kelas 3 SD, saya merasakan yang disebut kehilangan dalam arti sesungguhnya," ungkap Anies.
"Di situ saya baru pertama kali bertemu apa itu mati, apa itu meninggal, dan tidak pernah bertemu lagi," imbuhnya.
Apalagi saat itu, orang tua Anies masih di Yogya dan baru menyusul ke Jakarta keesokan harinya. Saat itu juga belum bisa mengirimkan foto seperti zaman sekarang, sehingga tak ada kenangan terakhir yang bisa mereka simpan.
"Keluarga kami itu mendapatkan hempasan yang dahsyat. Ibu saya tidak pernah membayangkan harus menguburkan anak yang dilahirkan. Ayah saya tidak pernah membayangkan. Dan saya masih ingat, itu jadi satu titik terendah di perjalanan hidup saya," ucap Anies.
Adik Anies itu lalu dimakamkan di TPU Kober, Jatinegara. Namun hingga Anies menjabat sebagai Gubernur DKI dan purnatugas pun ia tak pernah menemukan makam adiknya karena sudah telanjur tertumpuk dengan makam lainnya.
"Kami di Jogja tidak terbiasa makam ditumpuk dan hilang. Kalau di Jakarta, ditumpuk-tumpuk, lalu makam yang dulu enggak ada. Jadi saya sempat suruh catat semuanya. Adik saya namanya Haifa," kata dia.
Anies kemudian menceritakan bagaimana ia berhasil bangkit dari keterpurukan saat kecil berkat ibunya. Padahal ibunya adalah orang yang paling kehilangan dalam tragedi itu.
"Saya tidak ingat persis waktunya, kira-kira sesudah kelas 4 atau kelas 5, saya mulai merasa terbebas dari perasaan. Seperti mau ketemu [orang] lagi, itu mau bersama-sama lagi, itu butuh waktu," tutupnya.
Sumber: kumparan